Minggu, 07 Juni 2015

Tugas Softskill


JURNAL PERTAMA

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Abnormal Return


Megawati Cheng

Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya

Yulius Jogi Christiawan

Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya

Email: yulius@peter.petra.ac.id


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap abnormal return. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol return on equity (ROE) dan price to book value (PBV). Pengukuran pengungkapan CSR didasarkan pada Global Reporting Initiative (GRI). Sedangkan, abnormal return dihitung dengan menggunakan market adjusted model. Penelitian dilakukan terhadap laporan tahunan 40 perusahaan sumber daya alam yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap abnormal return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR untuk membuat keputusan. Variabel kontrol ROE berpengaruh signifikan negatif terhadap abnormal return. Sedangkan, Variabel kontrol PBV tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return.

Kata kunci: Pengungkapan corporate social responsibility, abnormal return, Return on Equity


ABSTRACT

The purpose of this research was to study the significant effect of CSR disclosure on abnormal return. Meanwhile this study used return on equity (ROE) and price to book value (PBV) as control variables. CSR disclosure is based on Global Reporting Initiative (GRI). This research used annual reports of 40 companies related to the natural resources listed in Indonesia Stock exchange in the period of 2007-2009. The results of this research concluded that CSR disclosure has significant effect on abnormal return which indicates that investor consider the CSR for making decision. ROE as control variable has negative relationship on abnormal return. Whereas, PBV has no significant effect on abnormal return.

Keywords:  Corporate social responsibility disclosure, abnormal return, Return on Equity



PENDAHULUAN

Kajian corporate social responsibility (CSR) semakin berkembang pesat seiring banyak kasus yang terjadi dimana perusahaan tidak memberi-kan kontribusi positif secara langsung kepada masyarakat. Pentingnya CSR, telah mendapat perhatian pemerintah dan perusahaan yang ada di Indonesia. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (pasal 74 ayat 1a) mewajibkan perusahaan yang usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam



untuk melakukan CSR. CSR di Indonesia baru diwajibkan bagi perusahaan bidang tertentu saja terkait dengan semakin parahnya kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim (Utama 2007).

Pengambil keputusan ekonomi saat ini, tidak hanya melihat kinerja keuangan entitas, karena kesimpulan baik atau buruknya kinerja entitas tidak cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang dihasilkan. Penerapan CSR dipercaya dapat



24

Cheng: Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return
25



meningkatkan kinerja perusahaan, dimana para investor cenderung menanamkan modal kepada perusahaan yang melakukan kegiatan CSR. Karena perusahaan yang mengedepankan aspek sustantibility tentu akan mennerjemahkan prinsip sustantibility ke dalam strategi dan operasi per-usahaan, sehingga faktor-faktor yang men-datangkan keuntungan bagi perusahaan dapat menjadi bahan masukan dalam rangka peng-ambilan keputusan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan dapat menggunakan informasi CSR sebagai salah satu keunggulan kompetitif perusahaan. Eipstein dan Freedman (1994) seperti yang dikutip Sayekti dan Ludovicus, (2007), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan, sehingga manajemen perusahaan saat ini tidak hanya dituntut terbatas atas pengelolaan dana yang diberikan, namun juga meliputi dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan alam dan sosial. Menurut Arya dan Zhang (2009) seperti yang dikutip Nuzula dan Kato (2010), upaya per-usahaan untuk melakukan CSR bukanlah sesuatu yang sia-sia dan investor memberikan respon yang baik pada perusahaan–perusahaan tersebut. Survey global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan bahwa 85% ekse-kutif senior dan investor dari berbagai organisasi menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan (Warta Ekonomi, Desember 2006).

Melihat tuntutan tersebut di atas, per-usahaan–perusahaan publik di Indonesia yang membuat pelaporan CSR secara terpisah meng-alami peningkatan sebanyak 21,11% pada tahun 2008 dibandingkan tahun sebelumnya (ISRA, 2010). Kelana dan Chandra Wijaya (2005) me-nyatakan bahwa aspek kepercayaan dari investor merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam pasar saham. Oleh sebab itu, suatu pengungkapan akan ditanggapi oleh inves-tor dengan beragam. Pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan diharapkan mampu mem-berikan signal dan dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Hal ini mengindikasi-kan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh pelaku pasar sehingga dapat memaksimalkan profit dalam jangka panjang. Suatu informasi dapat dikatakan mempunyai nilai guna bagi investor apabila informasi tersebut memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar modal. Hal ini dapat dilihat dari abnormal return yang merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi (Jogiyanto 2009). Berdasarkan teori pasar



yang efisien dikatakan bahwa informasi yang tersedia dipasar tercermin didalam harga pasar. Oleh karena itu, diharapkan investor memper-timbangkan informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahan. Apabila informasi CSR dipertimbangkan investor dalam pengambilan keputusan yang diikuti dengan kenaikan pembelian saham perusahaan sehingga terjadi kenaikan harga saham yang melebihi return yang diekpektasikan oleh investor sehingga pada akhirnya informasi CSR merupakan infor-masi yang memberikan nilai tambah bagi investor dan menyebabkan abnormal return.

Penelitian yang menguji pengaruh CSR sudah banyak dilakukan. Hasil penelitian Nuzula dan Kato (2010) pada perusahaan di Jepang menunjukan bahwa investor memberikan respon terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Di Indonesia, penelitian Nurdin dan Cahyandito (2006) menunjukan bahwa pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap reaksi investor yang diukur dengan abnormal return dan volume perdagangan saham. Hal ini konsisten dengan Sayekti dan Ludovicus (2007) yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan CSR memiliki dampak positif dan signifikan terhadap reaksi pasar. Namun demikian, pada penelitian-pene-litian lain telah menunjukan hasil yang tidak konsisten. Diantaranya adalah penelitian Lorraine (2004), Dahlia dan Veronica (2008), dimana pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap reaksi pasar.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan sampel dari semua industri. Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam mengingat Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (pasal 74 ayat 1a) mewajibkan perusahaan yang kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melakukan CSR. Selain itu, menurut Hackston dan Milne (1996) dalam Suwardi et al. (2010) mengatakan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan (rawan ling-kungan) termasuk dalam tipe industri high profile. Perusahaan yang memiliki risiko politis yang tinggi (high profile) dan dengan kepemilikan ma-najemen yang besar cenderung mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak (Anggraeni 2006). Perusahaan ini pada umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan luas. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ter-sebut di atas maka penelitian ini ingin mengetahui

26    JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 24-36



apakah pengungkapan informasi CSR perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam berpengaruh terhadap abnormal return.

Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indo-nesia pada tahun 2007-2009 dalam sektor industri yang berhubungan dengan sumber daya alam. Hal ini dikarenakan pemerintah telah menetapkan peraturan bahwa industri tersebut wajib menerap-kan CSR sejak tahun 2007. Industri yang ver-hubungan dengan sumber daya alam berdasarkan program Peningkatan Kinerja Lingkungan Hidup (PROPER) diantaranya adalah: Sektor Agricul-ture, Sektor Pertambangan dan Sektor Industri Dasar dan Kimia

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

Menurut World Business Council for Sustai-nable Development menjelaskan CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak secara etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat secara luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya. Sedang-kan, menurut ISO 26000 mengenai pedoman tanggung jawab sosial yang segera akan dires-mikan November 2011, CSR adalah Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pem-bangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pe-mangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku inter-nasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Perusahaan selain berorien-tasi terhadap laba, perusahaan juga bertang-gungjawab terhadap masalah sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan dengan manajemen ling-kungan sehingga tidak hanya terbatas pada orientasi kinerja keuangan perusahaan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh atas aktivitas CSR antara lain: meningkatkan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning, meningkat-kan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, dan meningkatkan daya tarik perusahaan di mata para investor dan analisis keuangan. Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan



kualitas hidup masyarakat serta lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Dengan melak-sanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan.

Pengungkapan CSR merupakan bagian dari akuntansi pertanggung jawaban sosial yang mengkomunikasikan informasi sosial kepada stakeholder. Menurut Guthrie dan Parker (1990) sebagaimana dikutip oleh Sayekti dan Ludovicus (2007), pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahan-kan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomis dan politis. Selain itu juga, akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontri-busi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya.

Tanggungjawab sosial perusahaan bersifat wajib (mandatory) bagi kriteria perusahaan tertentu seperti yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 menyatakan bahwa: Perseroan yang menjalankan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tang-gungjawab sosial dan lingkungan. Dan Tang-gungjawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan kewajiban perseroan yang dianggar-kan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan mem-perhatikan kepatuhan dan kewajaran. Jika Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain perusahaan wajib melakukan kegiatan CSR, UU No. 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat (2) tentang Perseroan Terbatas juga mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan. Namun demikian, item-item CSR yang diungkap-kan perusahaan merupakan informasi yang masih bersifat sukarela (voluntary).

Konsep pelaporan CSR yang digagas oleh GRI adalah konsep sustainability report yang muncul sebagai akibat adanya konsep sustaina-bility development. Dalam sustainability report digunakan metode triple bottom line, yang tidak hanya melaporan sesuatu yang diukur dari sudut pandang ekonomi saja, melainkan dari sudut pandang ekonomi, sosial dan lingkungan. Gagasan ini merupakan akibat dari adanya 3 dampak operasi perusahaan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. GRI Guidelines menyebutkan bahwa, perusahaan harus menjelaskan dampak aktivitas

Cheng: Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return
27



perusahaan terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial pada bagian standard disclosures. Yang kemudian ketiga dimensi tersebut diperluas menjadi 6 dimensi, yaitu: ekonomi, lingkungan, praktek tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggungjawab produk.

ABNORMAL RETURN

Abnormal return merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Suatu infor-masi dapat dikatakan mempunyai nilai guna bagi investor apabila informasi tersebut memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar modal (Jogiyanto, 2009). Aspek kepercayaan (belief) dari investor merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam pasar saham. Oleh sebab itu, suatu announcement/disclosure akan ditanggapi oleh investor dengan beragam.



Ada abnormal
Ada




Kandungan




return




Informasi






Pengungkapan





Informasi CSR














Tidak Ada




Tidak ada




Kandungan




abnormal return




Informasi






Sumber: Jogiyanto (2009)

Gambar 1. Kandungan Informasi

Jogiyanto (2009) mendefinisikan abnormal return sebagai selisih antara actual return dan expected return. Abnormal return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan abnormal return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Studi peristiwa menganalisis abnormal return dari sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Actual Return atau return sesungguhnya yang terjadi pada waktu ke-t, merupakan selisih harga sekarang relative terhadap harga sebelumnya. Expected return merupakan return estimasi yang diharap-kan oleh investor, yang ditentukan dengan model estimasi. Sebelum menentukan model untuk mengestimasi expected return, perlu ditentukan beberapa istilah periode sebagai dasar estimasi expected return, periode-periode tersebut adalah:

Periode estimasi (estimation period), umum-nya merupakan periode sebelum peristiwa (event period). Pada gambar 2 periode estimasi ditunjukan dari t3 sampai dengan t4. Jogiyanto (2010) mengatakan bahwa tidak ada patokan untuk menentukan lamanya panjang periode



estimasi ini. Panjang periode estimasi yang umum digunakan adalah berkisar dari 100 hari sampai dengan 250 hari untuk data harian.
Periode Estimasi


Periode Peristiwa

t3
t4
t1
t0
t2

Sumber: Jogiyanto, 2010

Gambar 2. Periode Estimasi dan Periode Peris-tiwa

Periode peristiwa (event period) atau jendela peristiwa (event window) merupakan periode terjadinya peristiwa dan pengaruhnya. Dimana pada gambar 2 terjadinya peristiwa ditunjukan dengan t0 sehingga yang dinamakan dengan periode peristiwa adalah periode jendela dari t1 sampai dengan t2. Lamanya periode jendela tergantung jenis peristiwanya. Jika peristiwanya merupakan peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan dengan mudah oleh investor, periode jendela dapat pendek, disebabkan oleh investor yang dapat bereaksi dengan cepat. Sebaliknya, untuk peristiwa yang nilai ekono-misnya sulit ditentukan oelh investor, investor akan membutuhkan waktu yang lama untuk bereaksi. Umumnya periode jendela juga melibat-kan hari sebelum tanggal peristiwa untuk mengetahui apakah terjadi kebocoran informasi, yaitu apakah pasar sudah mendengar informasi-nya sebelum informasi itu sendiri diumumkan (Jogiyanto, 2010).

Return ekspektasi dapat dihitung mengguna-kan 3 model estimasi tanpa sesuaian resiko yaitu (Jogiyanto, 2010): (1) Mean Adjusted Return, (2)

Market Model Return, (3) Market Model Return dan model estimasi dengan sesuaian risiko. Pada model Mean Adjusted Return, expected return bernilai konstan sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Model ini menganggap jika suatu pasar efisien dan return saham berbeda-beda secara random di seputar nilai sebenarnya. Perhitungan expected return dengan model pasar (market model) dilakukan dengan dua tahap, yaitu: (1) mem-bentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasian ini untuk mengestimasi expected return di periode jendela. Model Market Adjusted Return menganggap bahwa praduga yang terbaik untuk mengestimasi return saham adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunaka periode estimasi untuk memberntuk model estimasinya, karena

28    JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 24-36



return saham yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Return ekspektasi dengan sesuaian resiko diantaranya yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM mempertimbang-kan resiko pasar untuk menyesuaikan return ekspektasinya. Resiko yang digunakan di CAPM adalah resiko pasar atau resiko sistemik yang diukur dengan beta. Model CAPM adalah sebagai berikut: E(Ri) = Rf + β (Rm – Rf), dimana Rf adalah tingkat bunga bebas risiko (risk free rate) yang dalam hal ini digunakan rata-rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Rm adalah return pasar yang biasanya menggunakan Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG), dan β adah beta masing-masing saham. Return estimasian tidak diperlukan lagi apabila menggunakan CAPM.

Hubungan Pengungkapan Informasi CSR dalam Laporan Tahunan dan Abnormal Return

Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan para stakeholders lainnya, perusahaan seringkali ter-libat dalam kegiatan-kegiatan CSR. Para stakeholders dapat memberikan apresiasi yang lebih bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan CSR. Hal ini sejalan dengan signaling theory dimana perusahaan dapat me-ningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporan-nya dengan mengirimkan signal melalui laporan tahunannya. Pengungkapan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan CSR merupakan salah satu cara untuk mengirimkan signal positif kepada stakeholders dan pasar mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang bahwa perusahaan memberikan guarantee atas keber-langsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Pengungkapan CSR dapat mengirimkan signal promosi atau informasi lain yang menyata-kan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain karena peduli dengan dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari aktivitas perusahaan.

Pengungkapan CSR diharapkan memiliki kandungan informasi, sehingga pasar atau inves-tor akan bereaksi setelah pengumuman itu diterima. Signal positif ini diharapkan dapat menghasilkan respon positif dari pasar. Reaksi investor menurut Jogiyanto (2009) dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Adapun reaksi investor beragam atas sebuah informasi. Informasi yang memberikan keyakinan atas prospek perusahaan yang bagus di masa yang akan datang akan direspon dengan peningkatan harga saham. Dengan demikian, dapat disimpul-kan bahwa pengungkapan informasi CSR dalam



laporan tahunan perusahaan berpengaruh ter-hadap abnormal return.

Penelitian yang mendukung adanya hubung-an antara CSR dengan abnormal return adalah penelitian Nurdin dan Cahyandito (2006) yang menunjukkan bahwa aktivitas CSR berpengaruh positif terhadap abnormal return. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Almilia dan Wijayanto (2007) yang dikutip Dahlia dan Veronica, (2008) dan Brammer (2005), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan (environmental performance) yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebalik-nya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan (environmental performance) yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor ter-hadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan di pasar yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penelitian Frooman (1997) yang dikutip oleh Colwell (2010) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja lingkunagn yang buruk akan menurunkan kekayaan (wealth) pemegang saham. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

H1: Pengungkapan informasi CSR berpengaruh positif signifikan terhadap Reaksi Investor (abnormal return)

Hubungan Return on Equity (ROE) terhadap

Abnormal Return

Salah satu analisa rasio yang sering diguna-kan oleh investor adalah rasio profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas yang membandingkan laba bersih (net income) dengan total stokholder’s equity perusahaan. Menurut Gitman (2006), ROE adalah setiap dollar dari net income yang dihasilkan perusahaan dari setiap dollar yang diinvestasikan oleh investor. ROE menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih. Investor selalu berharap untuk mendapatkan ROE yang tinggi, akan tetapi harapan investor ini tidak selalu sesuai dengan kenyataannya karena adanya faktor resiko. ROE yang tidak terduga atau tidak sesuai dengan ekspektasi dari investor dapat membuat pasar bereaksi yang ditunjukan dengan adanya abnormal return. Perubahan ROE perusahaan akan mengakibatkan perubahan nilai perusahaan sehingga hal ini akan menimbulkan reaksi dari invetor yang tercermin pada abnormal return. Semakin tinggi ROE perusahaan dianggap sebagai kabar baik (good news) karena ROE yang besar berarti semakin besar peluang para investor untuk memperoleh laba bersih dari setiap modal

Cheng: Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return
29



yang diinvestasikan sehingga akan direspon positif oleh pasar yang tercermin dalam abnormal return. Sebaliknya, semakin rendah ROE perusahaan dianggap sebagai (bad news) karena ROE yang rendah berarti semakin kecil peluang pemilik perusahaan memperoleh keuntungan dari laba bersih untuk setiap modal yang diinvestasikan sehingga akan direspon negatif oleh pasar. Hal ini didukung dengan penelitian Mulyono (2008) yang menemukan variable ROE berpengaruh terhadap abnormal return. Sehingga dapat dibuat hipotesa:

H2: ROE berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return.

Hubungan Price to Book Value (PBV) ter-hadap Abnormal return

Price to Book Value atau biasa dikenal juga dengan istilah market to book value. Perusahaan dengan PBV yang tinggi memungkinkan per-usahaan mendapatkan atau menambah laba sehingga PBV perusahaan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan oleh investor (Scott, 2003). Investor tetap harus berhadapan dengan resiko sehingga ekspektasi investor terhadap perusahaan dapat saja berbeda dengan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Kenaikan atau penurunan PBV perusahaan memiliki kandungan informasi yang akan menimbulkan reaksi investor yang ditunjukan dengan abnormal return. PBV per-usahaan yang tinggi menandakan bahwa per-usahaan memiliki kemampuan untuk mempunyai kinerja yang baik dalam arti mampu me-ningkatkan laba, meningkatkan harga saham atau menghasilkan produk yang berhasil sehingga hal ini akan direspon positif oleh invetor. Sedangkan, PBV perusahaan yang rendah me-nandakan perusahaan memiliki pertumbuhan yang rendah sehingga hal ini akan direspon negatif oleh pasar. Penjelasan ini didukung dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dahlia dan Veronica (2008) yang menemukan hubungan yang positif antara PBV dan abnormal return sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3: PBV berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return.

METODE PENELITIAN

Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, sebagai berikut:

CAR = β0 + β1CSRI + β2ROE + β3PBV+ Ɛ

Keterangan:

CAR : cummulative Abnormal Return harian perusahaan


β0       : konstanta persamaan regresi

β1,2,3    : koefisien regresi pada setiap variabel
CSRI : corporate Social Disclosure Index
ROE  : return on Equity Ratio
PBV  : price to book value
Ɛ           : error term

Jika informasi CSR memperngaruhi CAR, maka diprediksi koefisien CSRI dalam uji T akan signifikan dan bertanda positif. Sedangkan untuk melihat pengaruh variable control (PBV, ROE) terhadap CAR, maka berturut-turut dilihat dari signifikansi dan arah dari koefisien pada model.

Variable dependen dalam penelitian ini adalah Cumulative Abnormal Return (CAR). CAR merupakan akumulasi dari abnormal return yang merupakan selisih dari actual return dan expected return. Expected return dihitung dengan meng-gunakan market adjusted model. Periode jendela yang digunakan adalah 61 hari melibatkan 30 hari sesudah dan sebelum publikasi dan 1 hari pada saat dipublikasikannya annual report masing-masing perusahaan seperti terlihat pada gambar 3. Periode 30 hari dipilih karena sinyal berupa pengungkapan informasi CSR yang diberikan manajemen adalah sinyal yang sangat susah diukur nilai ekonomisnya sehingga investor membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bereaksi.

Perhitungan CAR untuk masing-masing per-usahaan merupakan akumulasi dari abnormal return selama periode 61 hari periode jendela dari t1 sampai dengan t2. Data yang digunakan dalam perhitungan abnormal return adalah data tanggal publikasi laporan tahunan, harga pasar saham untuk serta jumlah saham beredar. Langkah-langkah menghitung abnormal return untuk masing-masing perusahaan adalah sebagai ber-ikut: 1) menentukan tanggal publikasi laporan tahunan perusahaan tahun 2007-2009, 2) me-nentukan periode peristiwa yaitu 30 hari sebelum dan setelah publikasi laporan tahunan, 3) me-nentukan expected return harian masing-masing perusahaan selama periode tahun 2008-2010 untuk 61 hari pengamatan. Perhitungan expected return dengan menggunakan market adjusted model yaitu menggunakan indeks harga saham harian untuk setiap sektor industri. Hal ini dilakukan dengan cara: (1) menentukan bobot market capitalization perusahaan dengan cara membagi market capitalization perusahaan dengan market capitalization keseluruhan perusahaan pada sektor yang sama. Market capitalization dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar pada saat itu, (2) menentukan return perusahaan, (3) menentukan expected return dengan mengalikan

30    JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 24-36



bobot market capitalization dengan return per-usahaan, 4) menentukan actual return harian masing-masing perusahaan selama periode tahun 2008-2010 untuk 61 hari pengamatan, 5) Menentukan abnormal return harian masing-masing perusahaan dengan mengurangkan nilai actual return dengan expected return, 6) Menjumlahkan abnormal return yang didapatkan selama 61 hari tersebut.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah indeks pengungkapan CSR (CSRI) yang sesuai dengan konsep sustainability report yang digagas oleh Global Reporting Initiative (GRI). Penelitian ini menggunakan GRI sebagai indikator pengungkapan CSR berdasarkan penelitian ter-dahulu yang dilakukan oleh Dahlia dan Veronica (2008). Jumlah item komponen CSR perusahaan didapatkan dengan memberikan nilai 1 pada perusahaan yang mengungkapkan komponen CSR yang telah ditetapkan, bila tidak diberi angka 0. Jumlah item komponen CSR yang diungkapkan perusahaan dibagi total komponen yang ditetap-kan sebelumnya merupakan CSRI, sehingga CSRI masing-masing perusahaan merupakan persen-tase dari total skor item pengungkapan.

Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price to Book Value (PBV) ratio dan Return on Equity (ROE). Penentuan ROE dilakukan dengan membagi laba bersih perusahaan dengan total ekuitas perusahaan, sedangkan PBV ditentukan dengan membagi harga pasar perusahaan dengan nilai buku perusahaan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) atau website perusahaan, tanggal publikasi laporan tahunan yang diperoleh dari situs Bapepam, data harga saham perusahaan, data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diperoleh dari laboratorium pasar modal Univer-sitas Kristen Petra, dan volume perdagangan saham yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD)

Karakteristik dan batasan populasi untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Industri yang berhubungan dengan sumber daya alam ber-dasarkan program Peningkatan Kinerja Ling-kungan Hidup (PROPER) diantaranya adalah: 1) sektor Perkebunan (Agroindustri), 2) sektor Pertambangan terdiri dari: Pertambangan batu bara, Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Pertambangan Logan dan Mineral lainnya dan 3)



sektor Industri Dasar dan Kimia terdiri dari: Semen, Logam dan sejenisnya, Kayu dan pengolahannya, Pulp dan Kertas, Farmasi, Tekstil dan Garment

Penarikan sampel menggunakan cara Purpo-sive Sampling, artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dari keseluruhan populasi, tidak semuanya diteliti. Pengambilan sampel dibatasi dengan persyaratan sebagai berikut: terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009, mempublikasikan laporan tahunan tahun 2007 -2009, mengungkapkan informasi CSR dalam laporan tahunan, tidak delisting selama periode peristiwa, harga saham perusahaan tersedia dengan lengkap. Analisis data dimulai dengan menyusun statistika deskriptif, melakukan perhitungan variable bebas, meregresikan variabel bebas terhadap variabel terikat, kemudian melakukan uji asumsi klasik, dan dilakukan uji hipotesis serta pembahasan hasil penelitian.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap 116 laporan tahunan 40 perusahaan, yang merupakan hasil pemilihan dari perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Empat puluh perusahaan tersebut terdiri dari: 10 perusahaan industri agrobisnis, 11 perusahaan pertambangan dan 20 perusahaan kimia dasar.

Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif

Des criptive Statis tics


N

Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CAR

116
-1.32
3.78
.3189
.65237

CSRI

116
.1333
.6222
.418769
.1094038

ROE

116
-99.3200
84.6000
16.051897
21.4013681

PBV

116
-.3300
11.7400
2.828534
2.8221713

Valid N (listw ise)

116





Dari diskriptif data diketahui bahwa CAR menunjukan tren yang mengalami peningkatan pada tahun 2008-2010. Terlihat bahwa pada tahun 2008-2009 CAR mengalami peningkatan namun pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan karena 75% perusahaan memiliki CAR yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. CAR pada tahun 2008, menunjukan reaksi investor untuk laporan tahunan 2007, Perusahaan PT Tambang Batu Bara Tbk merupakan perusahaan yang paling mendapat respon pasar positif. Hal ini terlihat dari CAR yang dihasilkan oleh per-usahaan ini merupakan yang tertinggi. Sedang-

Cheng: Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return
31



kan, perusahaan yang mendapat respon pasar negatif yaitu ditunjukan dengan CAR yang negatif adalah PT Polysindo Eka Perkasa Tbk. Pada tahun 2009, perusahaan yang memperlihatkan CAR tertinggi adalah PT Energi Mega Perkasa, sedangkan CAR terendah adalah PT Citra Tubindo. Pada tahun 2010, CAR tertinggi diper-oleh dari perusahaan PT Bayan Resources Tbk, sedangkan yang terendah diperoleh dari per-usahaan PT Bisi Internasional Tbk. Telihat bahwa perusahaan-perusahaan dari sektor pertambang-an (mining) yang paling banyak mendapatkan respon positif dari investor. Hal ini ditunjukan dari CAR tertinggi dari tahun 2008-2010, berasal dari sektor pertambangan.

CSRI perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam menunjukan kecenderungan tren yang positif yaitu mengalami kenaikan sejak tahun 2007 hingga tahun 2009. Hal ini meng-indikasikan bahwa perusahaan semakin memberi perhatian pada aktivitas CSR dan mengungkap-kannya dalam laporan tahunannya. CSRI ter-tinggi pada tahun 2007 adalah perusahaan Medco Energi Tbk. Kemudian pada tahun 2008, sebagian besar perusahaan mengalami peningkatan, per-usahaan yang mengalami peningkatan signifikan diantaranya adalah PT Citra Tubindo Tbk, PT Kimia Farma Tbk, dan PT Unggul Indah Tbk. Pada tahun 2009, CSRI juga mengalami peningkatan namun tidak sesignifikan tahun sebelumnya karena terdapat beberapa mengalami penurunan CSRI dibandikan dengan tahun sebelumnya diantaranya adalah Indotambang Raya Megah Tbk, Medco Energi Tbk, dan Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk.

Selama periode 2007 hingga 2009, return on equity (ROE) dari perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam mengalami tren yang cukup stabil. Rata-rata ROE setiap tahun adalah sebesar 15,94% pada tahun 2007, 15,34% pada tahun 2008, dan 14,14% pada tahun 2009. Hal ini menunjukan pada tahun 2008, ROE perusahaan cenderung stabil apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun pada tahun 2008, terdapat beberapa perusahaan yang mengalami penurunan ROE dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun sebagian besar perusahaan-perusahaan mengalami kenaikan ROE. Dimana kenaikan paling signifikan terjadi pada per-usahaan Medco Energi Internasional Tbk (Dari 1.27% menjadi 38.22%). Pada tahun 2009, per-usahaan mengalami sedikit penurunan diban-dingkan tahun sebelumnya. Perusahaan yang memiliki rata-rata ROE terendah dari tahun 2007-2009 adalah PT Multibreeder Adiwarma Indonesia Tbk. Sedangkan perusahaan yang memiliki ROE



tertinggi dari tahun 2007-2009 adalah PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk.

Rata-rata PBV dari tahun 2007-2009 ber-turut-turut adalah 3,82 kali, 1,69 kali, dan 2,61 kali. Perusahan yang mengalami rata-rata pertumbuhan tertinggi selama periode tersebut adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Sedangkan, perusahaan yang memiliki rata-rata pertumbuhan terendah selama periode tersebut adalah PT Asia Pasific Fibers Tbk. Secara keseluruhan, pertumbuhan perusahaan meng-alami tren yang negatif. Penurunan yang signify-kan (sebesar -62,1%) terjadi pada tahun 2008 yang dipengaruhi oleh rata-rata perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam terkena dampak dari krisis global yang mengakibatkan nilai pasar dari perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam ini mengalami penurunan drastis. Namun pada tahun 2009, persepsi pasar sudah cenderung membaik dan meningkatkan PBV perusahaan.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan regresi berganda, dilakukan pengujian terhadap empat asumsi klasik terlebih dahulu, yaitu: uji autokorelasi, multikolinearitas, hetero-kedastisitas, dan normalitas. Pengujian asumsi klasik autokorelasi dilakukan dengan Durbin-Watson dan diperoleh angka 1,653. Angka ini memenuhi kriteria DW terletak antara 2 dan -2. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Pengujian asumsi klasik multiko-linearitas menunjukan bahwa tidak terdapat data dengan nilai VIF di atas 10, dan tolerance value dibawah 0,1. Uji heterokedastisitas menggunakan uji White, dan diperoleh angka Obs*R-squared adalah 0.5723 (melebihi 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah hetero-kedastisitas pada data. Uji normalitas dilakukan dengan metode Kolmogorov-Smirnov. Hasil peng-ujian pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka significance 0.152 yang lebih besar dari 0.05. dengan demikian, terbukti bahwa data berdistribusi normal.

Hasil pengujian regresi atas variable-variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 2 sampai dengan Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai R, R Square, SEE untuk Pengujian Hipotesis




b




Model Summ ary











Adjusted
Std. Error of
Model
R
R Square
R Square
the Estimate
1
.322a
.104
.080
.62579

a.  Predictors: (Constant), PBV, CSRI, ROE

b.  Dependent Variable: CAR

32    JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 24-36



Tabel 3. Uji F dan Signifikansi untuk Pengujian Hipotesis

ANOVAb



Sum of





Model

Squares
df
Mean Square
F
Sig.

1
Regression
5.082
3
1.694
4.325
.006a


Residual
43.861
112
.392




Total
48.942
115




a. Predictors: (Constant), PBV, CSRI, ROE

b. Dependent Variable: CAR
Tabel 4. Konstanta, Koefisien Regresi, T Test, dan Signifikansi






a







Coe fficients














Unstandardized
Standardized






Coefficients
Coefficients




Model

B
Std. Error
Beta
t
Sig.

1
(Cons tant)
.096
.160

.596
.553



CSRI
.898
.385
.205
2.336
.021



ROE
-.009
.003
-.309
-3.285
.001



PBV
-.003
.021
-.015
-.156
.876

a. Dependent Variable: CAR
Dari Tabel 2 sampai Tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahawa: hasil uji F menunjukkan tingkat signifikansi 0,006 (lebih rendah dari 0.05), berarti Variabel CSRI, ROE, dan PBV secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap abnormal return. Hipotesis pertama (H1) diterima yang ditunjukkan dari angka koefisien beta positif dan nilai sig < 0.05. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif yang signifikan dari pengungkapan informasi CSR terhadap abnormal return. Hipotesis kedua (H2) ditolak namun terdapat pengaruh negatif yang signifikan dari ROE terhadap abnormal return. Ditolaknya H2 karena nilai koefisien beta yang negatif. Hipotesis ketiga (H3) ditolak karena nilai beta yang negatif dan angka sig > 0.05, yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari PBV terhadap abnormal return. Hasil membuktikan bahwa informasi CSR memiliki pengaruh signifikan terhadap abnormal return.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pengungkapan Informasi CSR dalam Laporan Tahunan terhadap Abnormal Return

Hasil penelitian untuk hipotesis pertama menunjukan bahwa pengungkapan informasi CSR berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, sehingga H1 diterima. Hasil penelitian ini mendukung dengan penelitian yang dilakukan Nuzula dan Kato (2010) terhadap perusahaan-perusahaan di Jepang dan Nurdin dan Cahyandito (2006) terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia dimana informasi CSR yang diungkap-kan perusahaan direspon baik oleh investor yang



ditunjukan dengan adanya abnormal return. Pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan memiliki kandungan informasi, sehingga investor akan bereaksi pada pengumuman itu. Pengung-kapan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan CSR dapat mengirimkan signal positif kepada stakeholders dan pasar mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang bahwa perusahaan memberikan guarantee atas keber-langsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa investor di Indonesia sudah mulai menggunakan informasi pengungkapan CSR dalam melakukan keputusan investasi. Hal ini menunjukan bahwa pasar modal Indonesia sedang mengarah atau mengikuti trend global, dimana tema-tema CSR sudah menjadi salah satu sumber pengambilan keputusan investasi bagi investor.

Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap

Abnormal Return

Hasil penelitian untuk hipotesis kedua menujukan bahwa ROE berpengaruh terhadap abnormal return. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Mulyono (2008) dimana pengaruh ROE terhadap abnormal return dalam penelitian ini adalah signifikan negatif.

Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan perbedaan periode penelitian, jumlah sampel, karakteristik sampel yang diteliti. Kondisi perekonomian Indonesia yang juga terkena imbas dari krisis global pada periode tahun pengamatan reaksi investor pada tahun 2008-2010. Melihat kondisi pada awal tahun 2008, dimana krisis ekonomi global melanda, tingginya tingkat inflasi global yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global sehingga akan mempengaruhi permintaan terhadap energi. Dengan semakin tingginya tingkat inflasi menyebabkan kemampu-an perusahaan untuk membeli bahan baku energy seperti batubara, minyak bumi, kelapa sawit, akan berkurang. Dengan berkurangnya permintaan terhadap bahan baku energi ini, penjualan perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam ini akan terpengaruh. Banyak perusahaan yang mengalami penurunan laba bersih yang sehingga menyebabkan ROE menurun.

Meskipun ROE yang menunjukan kemampu-an perusahaaan untuk menghasilkan laba bersih mengalami penurunan, ternyata investor tetap mau melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Lev (1989) dalam Sayekti dan Ludovicus (2007) mengatakan bahwa informasi mengenai laba digunakan oleh investor, tetapi kegunaan informasi laba tersebut bagi investor sangat

Cheng: Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return
33



terbatas sehingga investor juga mempertimbang-kan informasi lainnya. Semakin tinggi pengung-kapan suatu perusahaan, semakin kecil tingkat ketergantungan investor pada informasi laba perusahaan. Investor menilai bahwa meskipun laba saat ini mengalami penurunan namun kebutuhan akan komoditas sumber daya alam tetap diperlukan oleh siapapun sehingga mem-prediksikan laba dan return yang akan datang akan membaik. Apalagi sejak krisis ekonomi global pertumbuhan ekonomi Indonesia justru mengalami peningkatan. Hal ini membuat banyak investor asing yang beramai-ramai menaruh uang di Indonesia (Dampak krisis keuangan pada Indonesia tidak terlalu besar, 2008, Desember). Kepemilikan asing di Indonesia mencapai 60% pada tahun 2008 (Bank Indonesia). Selain itu, investor-investor di Indonesia cenderung tidak panik terhadap kondisi yang sedang terjadi. Jadi, meskipun ROE perusahaan menurun, informasi ini cenderung membuat investor untuk tetap bereaksi positif yang ditunjukan dengan abnormal return.

Pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap Abnormal Return

Hasil penelitian untuk hipotesis ketiga menujukan bahwa tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan dari PBV terhadap abnormal return. Hasil penelitian ini, konsisten dengan penelitian dari Sayekti dan Ludovicus (2007). Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Dahlia dan Veronica (2008) yang menunjukan bahwa PBV berpengaruh positif terhadap abnormal return. Hal ini diperkirakan karena penilaian investor terhadap perusahaan yang memiliki PBV yang tinggi pun belum tentu akan memberikan cash return pada investor, terutama dividen. Sesuai dengan penjelasan Fransisca (2008), perusahaan yang bertumbuh umumnya akan cenderung menahan laba untuk investasi dibandingkan memberikan return berupa dividen bagi investor. Dengan demikian, meskipun perusahaan memiliki PBV yang tinggi, investor tidak memandang kemungkinan untuk mendapat-kan dividen akan semakin meningkat, sehingga investor tidak menggunakan informasi PBV dalam melakukan keputusan investasinya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pem-bahasan tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan ber-pengaruh positif signifikan terhadap abnormal


return, (2) Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return dan (3) Price to Book Value (PBV) tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap ab-normal return. Kesimpulan penelitian ini dapat di manfaatkan bagi pembuat regulasi dan perusaha-an yaitu: agar perusahaan memperhatikan kelengkapan item-item pengungkapan CSR yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan, karena ternyata investor memperhatikan infor-masi tersebut dalam pengambilan keputusannya. Di samping itu juga diperlukan adanya peraturan yang lebih mengikat dari pemerintah mengenai pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan sehingga perusahaan dapat mengetahui lebih jelas informasi apa yang harus diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan (Studi empiris pada perusahaan–perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Brammer, Brooks, Pavelin. 2005. “Corporate social Performance and Stock Returns: UK Evidence from Disaggregate Measures” Retrieved April 21, 2011, from http://papers. ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=739587

Dahlia dan Veronica. 2008. “Pengaruh corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Per-usahaan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006)”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Gitman, Lawrence. 2006. Principles of Managerial Finance. United States:Pearson.

ISRA. 2010, “Forum For Corporate Social Respon-sibility in Indonesia”. Retrieved May 26, 2011, from http://www.csrindonesia.com/ editorialdetail.php?id=153

Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (edisi keenam). Yogyakarta: Yogyakarta.

Jogiyanto. 2010. Studi Peristiwa: Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu Peristiwa (edisi pertama). Yogyakarta: Yogyakarta.

Kelana dan Chandra Wijaya. (2005). Riset Keuang-an, Pengujian Empiris. Jakarta: Gramedia.

Lorraine et al. 2004. “An Analysis of Stock Market

Impact of Environmental Performance Information”. Accounting Forum, 28 (1), 7-26.

34    JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 24-36



Mulyono. 2008. “Hubungan Rasio Keuangan, Ukuran Perusahaan dan Arus Kas pada Laporan Keuangan Interim dan Tahunan Terhadap Abnormal Return Saham (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2002-2006)”, Retrieved June 29, 2011 from http://www.skripsi4u.com/download.php?file =38&cat=2&subref=0&page=4

Nurdin dan Cahyandito. 2006. “Pengungkapan Tema-tema Sosial dan Lingkungan”, Retrieved April 21, 2011, from :http://pustaka.unpad. ac.id/wp-content/uploads/2009/06/jurnal_ klh_ penungkapan_sosiallingk_dlm_lap_tahunan _faniemilia.pdf

Nuzula dan Kato. 2010. Do the Japanese Capital Markets Respond to The Publication of Corporate Social Responsibility Reports. Retrieved April 21, 2011, from  http://www. wbiconpro. com/340-Nila.pdf

Sayekti, Yosefa, dan Ludovicus. 2007, Juli. Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (Studi empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.


Scott, William. 2003. Financial Accounting Theory

(4th edition). Toronto: Prentice Hall.

Scott R. Colwell, Theodore J. Noseworthy, Vitali V. Alexeev. 2010. “Market Reaction to Negative Environment Events: An Event Study of 10 Oil and Gas Companies”. Retrieved April 21, 2011, from http:// valexeev.yolasite.com/resources/papers/ Events.pdf

Suwardi Eko, Kartika Hendra Titisari, dan Doddy Setiawan. 2010, Juli. Corporate Social Responsibilty dan Kinerja Per-usahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Retrieved February 28, 2008, from http://bapepam.go.id/reksadana/files/regulas i/UU%2040%202007%20Perseroan%20Terb atas.pdf

Utama, Sidharta.(2007). “Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia”, Retrieved June 19, 2011, from  http://www. csrindonesia.com/data/articlesother/2007112 1152745-a.pdf

Warta Ekonomi (Desember 2006), “Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian Tinggi.” hal 36-37.

Cheng: Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return
35


LAMPIRAN

Lampiran 1. Corporate Social Responsibility Indeks
NO                                                   INDIKATOR ENVIRONMENT
Material
1     Persentase material bahan daur ulang yang digunakan
Energi
2     Energi yang berhasil dihemat berkat adanya efisiensi dan konservasi yang lebih baik

3     Inisiatif penyediaan produk dan jasa yang menggunakan energi efisien atau sumber daya terbarukan, serta pengurangan penggunaan energi sebagai dampak dari inisiatif ini.

Air
4     Total pemakaian air dari sumbernya
5     Persentase dan total jumlah air yang didaur ulang dan digunakan kembali.
Keanekaragaman Hayati

6     Lokasi dan luas lahan yang dimiliki, disewakan, dikelola, atau berdekatan dengan area yang dilindungi dan area dengan nilai keanekaragaman hayati yang tinggi di luar areayang dilindungi.

7     Deskripsi dampak signifikan yang ditimbulkan oleh aktivitas, produk, dan jasa pada keanekaragaman hayati yang ada di wilayah yang dilindungi serta area dengan nilai keanekaragaman hayati di luar wilayah yang dilindungi.

8     Habitat yang dilindungi atau dikembalikan kembali.

9     Strategi, aktivitas saat ini dan rencana masa depan untuk mengelola dampak terhadap keanekaragaman hayati.
Emisi, Effluent, dan Limbah
10    Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pengurangan yang berhasil dilakukan
11    Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan.
12    Total berat dari limbah yang diklasifikasikan berdasarkan jenis dan metode pembuangan

13    Total biaya dan jumlah yang tumpah.(ada /tidak)

14    Inisiatif untuk mengurangi dampak buruk pada lingkungan yang diakibatkan oleh produk dan jasa, dan memperluas dampak dari inisiatif

15    Jumlah biaya untuk perlindungan lingkungan dan investasi berdasarkan jenis kegiatan.
INDIKATOR TENAGAKERJA
Ketenagakerjaan
16    Komposisi jumlah tenaga kerja berdasarkan tipe pekerjaan, kontrak kerja dan lokasi.
17    Jumlah total dan rata-rata turnover tenaga kerja berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan area.
18    Benefit yang diberikan kepada pegawai tetap.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

19    Tingkat dan jumlah kecelakaan, jumlah hari hilang, dan tingkat absensi yang ada dilihat berdasarkan area.

20    Program pendidikan, pelatihan, pembimbingan, pencegahan dan pengendalian risiko diadakan untuk membantu pegawai, keluarga mereka dan lingkungan sekitar dalam menanggulangi penyakit serius.

Pendidikan dan Pelatihan

21    Jumlah waktu rata-rata untuk pelatihan setiap tahunnya, setiap pegawai berdasarkan kategori pegawai.

22    Program keterampilan manajemen dan pendidikan jangka panjang yang mendukung kecakapan para pegawai dan membantu mereka untuk maju dan terus berkarir.

23    Persentase dari para pegawai yang menerima penilaian atas performa dan perkembangan karir mereka secara berkala.

Keanekaragaman dan Kesempatan yang sama

24    Komposisi badan tata kelola dan penjabaran pegawai berdasarkan kategori seperti jenis kelamin, usia, kelompok minoritas dan indikasi keanekaragaman lainnya

25    Perbandingan upah standar antara pria dan wanita berdasarkan kategori pegawai.
INDIKATOR KINERJA HAK ASASI MANUSIA
Praktik Investasi dan Pengadaan

26    Persentase dari mitra kerja dan pemasok yang telah melalui proses seleksi berdasarkan prinsip-prinsip HAM yang telah dijalankan

36
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 24-36


NO
INDIKATOR ENVIRONMENT
Non-Diskriminasi
27    Total jumlah kasus diskriminasi dan langkah penyelesaian masalah yang diambil

28    Prosedur kerja yang teridentifikasi di mana hak untuk melatih kebebasan berserikat dan perundingan bersama menjadi berisiko dan langkah yang diambil untuk mendukung hak kebebasan berserikat tersebut

Tenaga Kerja Anak

29    Prosedur kerja yang teridentifikasi memiliki risiko akan adanya pekerja anak dan langkah yang diambil untuk menghapuskan pekerja anak.

Hak Masyarakat (Adat)

30    Total jumlah kasus pelanggaran yang berkaitan dengan hak masyarakat adat dan langkah yang diambil.
INDIKATOR KINERJA KEMASYARAKATAN
Kemasyarakatan

31    Sifat, cakupan, dan keefektifan atas program & kegiatan apapun yang menilai & mengelola dampak operasi terhadap masyarakat, termasuk saat memasuki wilayah operasi, selama beroperasi & pasca operasi.

32    Persentase dan total jumlah unit usaha yang dianalisa memiliki risiko terkait tindak penyuapan dan korupsi.

33    Langkah yang diambil dalam mengatasi kasus tindak penyuapan dan korupsi

Perilaku Anti Persaingan

34    Total jumlah tindakan hukum terhadap sikap anti kompetisi dan praktek monopoli dan kecurangan-kecurangan yang dihasilkan
INDIKATOR KINERJA EKONOMI
Kinerja Ekonomi

35    Nilai ekonomi yang dihasilkan dan didistribusikan secara langsung, termasuk pendapatan, biaya operasi, kompensasi kepada karyawan, donasi dan investasi ke masyarakat, laba ditahan serta pembayaran ke penyedia modal dan pemerintah.

36    Implikasi keuangan dan berbagai risiko dan peluang untuk segala aktivitas perusahaan dalam menghadapi perubahan iklim.

Keberadaan Pasar

37    Parameter standar upah karyawan di jenjang awal dibandingkan dengan upah karyawan minimum yang berlaku pada lokasi operasi tertentu.

38    Kebijakan, penerapan dan pembagian pembelanjaan pada subkontraktor (mitra kerja) setempat yang ada di berbagai lokasi operasi.
30    Prosedur penerimaan tenaga kerja lokal dan beberapa orang di level manajemen senior yang diambil dari komunitas setempat di beberapa lokasi operasi.
Dampak Ekonomi Tidak Langsung

40     Pengembangan dan dampak dari investasi infrastruktur dan pelayanan yang disediakan terutama bagi kepentingan publik melalui perdagangan, jasa dan pelayanan atau pun yang sifatnya pro bono.
INDIKATOR DAMPAK PRODUK
41    Proses dan tahapan kerja dalam mempertahankan kesehatan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan produk atau jasa yang dievaluasi untuk perbaikan dan persentase dari kategori produk dan jasa yang terkait dalam prosedur tersebut.

42    Jumlah total kasus pelanggaran kebijakan dan mekanisme kepatuhan yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan konsumen dalam keseluruhan proses, diukur berdasarkan hasil akhirnya

43    Praktek-praktek yang terkait dengan kepuasan konsumen, termasuk hasil survey evaluasi kepuasan konsumen.

44    Program-program yang mendukung adanya standar hukum dan mekanisme kepatuhan yang terkait dengan komunikasi penjualan, termasuk iklan, promosi dan bentuk kerjasama.

45    Jumlah total kasus pelanggaran kebijakan dan mekanisme kepatuhan yang terkait dengan komunikasi penjualan, termasuk iklan, promosi dan bentuk kerjasama, diukur berdasarkan hasil akhirnya 





JURNAL KEDUA


ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013): 388-405





PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

I Nyoman Swastika Yoga Sindhudiptha1

Gerianta Wirawan Yasa2

1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: swastika_yoga@yahoo.co.id / +6285737582629 2 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: geriwiya@yahoo.co.id / +62811385282


ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan memediasi hubungan antara CSR terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 303 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur atau path analysis. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa variabel kinerja keuangan tidak mampu memediasi hubungan antara CSR terhadap nilai perusahaan. Tidak mampunya kinerja keuangan memediasi hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan disebabkan karena proksi ROA belum mampu menggambarkan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Kata kunci: corporate social responsibility, kinerja keuangan perusahaan, nilai perusahaan.

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether the company's financial performance mediates the relationship between CSR on firm value.The research was conducted by taking a sample of 303 companies listed in Indonesia Stock Exchange 2009-2011. Sampling was done by purposive sampling method. Analysis techniques are used path analysis or path analysis. Based on the results of the analysis found that the financial performance variables are not able to mediate the relationship between CSR on firm value. Inability of financial performance mediates the relationship between CSR with corporate values due ROA proxies not able to describe the actual financial performance of the company.

Keywords: corporate social responsibility, financial performance, company value











388

I Nym. Swastika Yoga S. dan G. Wirawan Yasa. Pengaruh Corporate Social ...






PENDAHULUAN


Seperti kita ketahui bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu pertanggungjawaban yang diberikan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan para stakehorlder baik internal maupun eksternal. CSR telah ada sejak tahun 1800-an yang lebih dikenal dengan nama Occupational Social Worker,

Social Work in The Workplace, Employee Assistance yang bisa juga disebut dengan Pekerjaan Sosial Industri (PSI) (Smith, 1998; Straussner, 1989; Zastrow, 2000 dalam Putra, 2012). Inggris, Jerman, dan AS telah melakukan PSI sejak tahun 1890 sedangkan Prancis sejak tahun 1920. Di dalam PSI inilah terdapat berbagai bentuk program CSR baik berupa strategi maupun program pengembangan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, CSR pun turut berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan cepatnya suatu penyebaran berita dalam dunia bisnis. Melalui berita yang cepat maka akan cepat pula timbul reaksi pasar terhadap suatu perusahaan yang berpengaruh pada nilai perusahaan. Tiap-tiap perusahaan sudah melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial yang telah dilakukan di dalam laporan tahunan namun sifatnya masih sukarela. Hal ini dikarenakan oleh adanya pertimbangan perusahaan terhadap biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan CSR dan manfaat yang nantinya dihasilkan setelah melakukan pengungkapan informasi sosial. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk pengungkapan sosial perusahaan maka dengan sukarela perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial perusahaan




389

ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013): 388-405





Adanya pertimbangan perusahaan terhadap biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan CSR mengindikasikan bahwa perusahaan masih lebih mengedepankan sisi keuangan dibandingkan sisi non keuangan. CSR yang paling umum dilakukan adalah pemberian bantuan berupa sumbangan dan dilakukan hanya sekedar untuk berbuat baik demi terlihat baik di mata masyarakat (do good and to look good). Banyaknya kasus-kasus yang terjadi terkait dengan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan yang berdampak pada masyarakat dan lingkungan. Seperti kasus lumpur Lapindo yang terjadi di daerah Sidoarjo yang dinobatkan sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab, pencemaran Teluk Buyat Oleh PT. Newmont Minahasa Raya, dan kasus pencemaran yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia yang dinilai tidak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari biota laut (Arifin dkk., 2012). Kasus-kasus tersebut memberikan gambaran bahwa perusahaan sesungguhnya juga perlu memperhatikan sisi non keuangan terutama dari sisi lingkungan dan sosial.

Menyadari bahwa pentingnya suatu perusahaan memperhatikan sisi lingkungan dan sosial, maka akhirnya perusahaan pun mulai menerapkan CSR. Hal ini dapat dilihat di majalah SWA pada tahun 2005 menyatakan bahwa program tanggung jawab sosial masih didominasi oleh program sosial sebanyak 49,53 %, lingkungan dengan 25,70%, dan keuangan 24,76% (Pambudi, 2006). Dari fakta tersebut dapat kita ketahui bahwa segala kegiatan perusahaan tidak hanya berpatokan pada aspek keuangan, namun juga sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat.





390

I Nym. Swastika Yoga S. dan G. Wirawan Yasa. Pengaruh Corporate Social ...






Pada akhirnya di tahun 2007 pemerintah Indonesia menerbitkan regulasi yang mengatur tentang CSR yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam pasal 74 menyebutkan bahwa:

“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”.

Pada tahun 2012 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 diterbitkan mengenai Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dengan adanya peraturan yang mengatur CSR, maka CSR tidak lagi bersifat sukarela melainkan sudah menjadi suatu kewajiban perusahaan untuk melaporkan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan dalam laporan tahunan.

Secara konseptual, CSR merupakan suatu kepedulian perusahaan yang didasari pada tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom line yang terdiri dari profit, people, dan planet (Rustiarini, 2010). Tiga prinsip tersebut memiliki arti yaitu tujuan dari bisnis tidak hanya semata-mata mencari laba (profit), tetapi juga turut mensejahterakan masyarakat (people) dan menjamin kelangsungan hidup (planet). Dalam SFAC No. 8 juga disebutkan bahwa tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk pertanggungjawaban atas penggunaan sumber daya.

Dewasa ini, CSR menjadi topik hangat pembicaraan di dunia bisnis. Kesadaran perusahaan akan betapa pentingnya penerapan CSR dilakukan demi memenuhi kebutuhan para stakeholder. Sehubungan dengan laporan tahunan, laporan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana kinerja



391

ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013): 388-405





perusahaan dalam satu periode tertentu. Menurut Aryani (2012) setiap perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerja keuangannya, karena berharap dengan kinerja keuangan yang baik maka nilai perusahaan akan meningkat sehingga akan diminati oleh investor. CSR juga erat kaitannya dengan nilai perusahaan di mana apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik maka akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham begitu pula sebaliknya (Almilia dan Wijayanto, 2007). Sehingga dapat dikatakan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan dan nilai perusahaan.

Penelitian mengenai CSR telah banyak dilakukan yang berkaitan dengan nilai perusahaan maupun kinerja keuangan perusahaan. Ada tiga kemungkinan hasil penelitian yang terjadi dari pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan, yaitu berpengaruh positif, berpengaruh negatif, dan tidak berpengaruh. Adanya inkonsistensi beberapa hasil penelitian menyebabkan penelitian ini menarik untuk diteliti. Inkonsistensi hasil tersebut diduga disebabkan oleh adanya variabel yang memediasi hubungan antara CSR terhadap nilai perusahaan. Variabel yang memediasi hubungan tersebut yaitu kinerja keuangan perusahaan. Nilai perusahaan sangat erat kaitannya terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai yang tinggi tidak lepas dari kinerja keuangan perusahaan yang baik pula. Begitu pula pada perusahaan yang menerapkan CSR dimana CSR yang sudah menjadi suatu kewajiban dalam Undang-Undang akan mendorong peningkatan pada kinerja keuangan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Jadi dapat dikatakan dengan adanya penerapan CSR dalam suatu perusahaan akan menimbulkan terjadinya



392

I Nym. Swastika Yoga S. dan G. Wirawan Yasa. Pengaruh Corporate Social ...






peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Peningkatan kinerja keuangan akan memperoleh respon positif dari pasar sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah kinerja keuangan perusahaan memediasi hubungan antara Corporate Social Reponsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan pemahaman mengenai pola hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan yang dimediasi oleh variabel kinerja keuangan perusahaan.

Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian


Signaling theory memberikan dorongan kepada perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut timbul akibat dari asimetri informasi antara pihak manajemen terhadap pihak eksternal. Untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki baik dari sisi keuangan maupun non keuangan. Salah satunya adalah laporan mengenai aktivitas CSR yang wajib diungkapkan oleh perusahaan. Tujuan dari pelaporan CSR tersebut adalah untuk memberikan sinyal kepada para investor bahwa perusahaan tidak hanya sekedar menyajikan informasi keuangan melainkan perusahaan juga tetap peduli pada lingkungan sekitar perusahaan. Menurut Drever et al. (2007) dalam Indrawan (2007) signaling theory menekankan bahwa perusahaan pelapor dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporannya. Sinyal tersebut diharapkan mampu diterima



393

ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013): 388-405





secara positif oleh pasar sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan implementasinya terhadap nilai perusahaan.

Stakeholder theory menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan selama periode tertentu yang mampu mempengaruhi pengambilan keputusan. Keberadaan stakeholder di suatu perusahaan sangat penting. Menurut Rawi dan Muchlish (2010) stakeholder merupakan orang atau kelompok orang yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan. Kaitannya dengan CSR adalah segala informasi yang diberikan perusahaan mengenai kinerja perusahaan kepada stakeholder tidak hanya didasarkan pada kinerja keuangan saja. CSR mampu memberikan informasi tambahan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan yang nantinya juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan. CSR mengharuskan perusahaan untuk bertanggung jawab kepada stakeholder dan melaporkan pertanggungjawaban yang telah dilakukan oleh perusahaan.

Legitimacy theory mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontinyu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat, atas usahanya tersebut perusahaan berusaha agar aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal (Deegan, 2000 dalam Febrina dan Suaryana, 2011). Legitimasi didapatkan jika apa yang dijalankan oleh perusahaan telah selaras dengan apa yang juga diinginkan oleh masyarakat. Kelangsungan hidup perusahaan akan terancam jika tidak adanya keselarasan antara sistem nilai perusahaan dengan sistem nilai masyarakat dan menyebabkan perusahaan tidak



394

I Nym. Swastika Yoga S. dan G. Wirawan Yasa. Pengaruh Corporate Social ...






memperoleh legitimasi. Jadi pengungkapan CSR merupakan hal penting untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Haniffa dan Cooke, 2005 dalam Chritiyanti, 2011).

Hasil penelitian Harjoto dan Jo (2011) menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Rustiarini (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan di mana Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi yang menyatakan bahwa CSR dan CG berpengaruh pada nilai perusahaan. Bayu Putra, dkk. (2013) menyatakan bahwa CSR berpengaruh pada nilai perusahaan yang diproksikan dengan PBV. Penelitian Alexander dan Buchloz (1978) dalam Rustiarini (2010) tidak menemukan adanya pengaruh antara pengungkapan sosial dengan harga saham. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) yang tidak menemukan adanya pengaruh antara CSR dengan nilai perusahaan. El Muhammady (2012) menemukan hasil penelitian bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap Tobin’s Q serta menemukan GPM dan NPM tidak berpengaruh terhadap Tobin’s Q.

Beberapa penelitian CSR terhadap kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang berpengaruh antara lain penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa CSR terbukti berpengaruh positif secara statistik pada kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA dan berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Dahlia dan Siregar (Rustiarini, 2010) menemukan bahwa aktivitas CSR terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dikutip dari Wijayanti, dkk. (2011) menemukan bahwa Nelling et al.



395

ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013): 388-405





(2006), Crisostomo et al. (2007), dan Bird et al. (2007) beranggapan bahwa perusahaan yang mengungkapkan CSR lebih banyak maka kinerja keuangan perusahaan cenderung akan meningkat. Namun ada pula penelitian yang menemukan hasil yang berbeda. Larasati (2012) meneliti pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan NPM dan ROE. Hasil yang didapat adalah CSR berpengaruh positif terhadap NPM dan ROE namun tidak signifikan. Wijayanti, dkk. (2011) menemukan hasil penelitian bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA namun berpengaruh positif terhadap ROE.

Beberapa penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan telah banyak diteliti. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Rinati (2009) mengenai pengaruh rasio NPM, ROA, dan ROE terhadap harga saham menemukan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham dibandingkan dengan NPM dan ROE. Jogianto dan Chendrawati (1999) dalam Dwijayanti, dkk (2012) menemukan bahwa ROA lebih berpengaruh terhadap return saham dibandingkan EVA. Ulupui (2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan return saham dalam satu periode ke depan. Ardimas (2012) menemukan hasil penelitian bahwa OPM dan NPM tidak berpengaruh pada nilai perusahaan dengan proksi PBV. Dalam Yuniasih dan Wirakusuma (2007) penelitian yang dilakukan Suranta dan Pratana 2004 dan Kaaro (2002) menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.





396

I Nym. Swastika Yoga S. dan G. Wirawan Yasa. Pengaruh Corporate Social ...






Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah:

Ha : Kinerja keuangan perusahaan memediasi hubungan antara Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan.


Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non partisipan. Metode penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling. Kriteria sampel yang digunakan adalah 1) Perusahaan sampel menerbitkan laporan tahunan periode 2009-2011. 2) Perusahaan sampel melaksanakan CSR periode 2009-2011. Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 303 sampel. Data diperoleh dengan mengakses www.idx.co.id.

1.         Pengukuran Variabel

1)        Variabel bebas dalam penelitian ini adalah CSR yang diukur dengan menggunakan corporate social responsibility indeks (CSRI). CSRI ditentukan menggunakan 7 tema yang terdiri dari lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Keseluruhan tema tersebut berjumlah 78 item (Sembiring, 2005).

2)        Variabel terikat dalam penelitian adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Rumus dari Tobin’s Q yaitu:




397

ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013): 388-405





Tobin’s Q =
.........................................................................

(2)



Keterangan:


MVE
=  Nilai  pasar  ekuitas  (closing
price  x  jumlah  saham  yang


beredar)


DEBT
=  Nilai  buku  dari total hutang
(kewajiban  jangka  pendek  +


kewajiban jangka panjang)


TA
=  Total aktiva









3)        Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diwakili oleh kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan ROA dengan rumus laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total aktiva.

2.         Teknik Analisis Data

1)      Analisis deskriptif

Tahapan dari analisis deskriptif yaitu membuat suatu daftar pengungkapan sosial (social disclosure) dan menentukan indeks pengungkapan sosial. Dalam penelitian ini digunakan daftar item yang sudah pernah digunakan sebelumnya oleh Sembiring (2005) yaitu menggunakan 7 tema dengan 78 item pengungkapan sosial.

2)      Analisis jalur (Path Analysis)

Analisis jalur digunakan untuk mengetahui pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel intervening pada seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Langkah-langkah pada analisis jalur adalah sebagai berikut:

(1)          Merancang model

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam analisis jalur adalah merancang model analisis. Model tersebut akan membentuk persamaan atau diagram jalur sebagai berikut:

398

I Nym. Swastika Yoga S. dan G. Wirawan Yasa. Pengaruh Corporate Social ...






Substruktur I

Y = b1X1 + b2X2+ e .......................................................................
(1)
Substruktur II

X2 = b1X1+ e .................................................................................
(2)

(2)          Hubungan linier tanpa adanya hubungan bolak-balik

Model yang telah dibuat haruslah memiliki hubungan yang linier atau lurus tanpa adanya hubungan dua arah atau bolak-balik.

(3)          Perhitungan koefisien path

Pada analisis jalur, koefisien path dibagi menjadi tiga, yaitu koefisien path pengaruh langsung, koefisien path pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Nilai koefisien pengaruh tidak langsung diperoleh dari mengalikan koefisien b1 dengan b2. Nilai koefisien dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dijumlahkan dan kemudian memperoleh koefisien total.

(4)          Pemeriksaan validitas model

Pemeriksaan validitas model pada analisis jalur dilandasi oleh dua indikator, yaitu koefisien determinasi total dan theory triming.

Theory triming bertujuan untuk membuang jalur-jalur yang tidak signifikan dari model penelitian. Sedangkan koefisien determinasi total dihitung dengan rumus:
u= (1 - r2 o( J ) ) ............................................................................(1)








399

ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013): 388-405





(5)          Interpretasi hasil

Langkah terakhir yang dilakukan dalam analisis jalur yaitu interpretasi hasil. Jika b1xb2 < b3 maka kinerja keuangan perusahaan bukan merupakan variabel intervening atau mediasi. Sebaliknya jika b1xb2b3 maka kinerja keuangan perusahaan merupakan variabel intervening atau mediasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Hasil Penelitian

Hasil uji analisis yang dilakukan menyatakan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung serta pengaruh total antar variabel, yaitu: Besarnya pengaruh langsung antara CSR yang diproksikan dengan CSRI terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA yaitu sebesar 0,162. Pengaruh langsung kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan proksi Tobin’s Q yaitu sebesar 0,329. Pengaruh langsung CSR terhadap nilai perusahaan yaitu sebesar 0,158. Pengaruh tidak langsung ditunjukkan pada pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan yang dimediasi oleh kinerja keuangan perusahaan. Besarnya pengaruh tersebut adalah 0,053 (0,162 x 0,329). Pengaruh total dari analisis ini adalah penjumlahan dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung, yaitu 0,706 (0,162+0,329+0,162+0,053).












400

I Nym. Swastika Yoga S. dan G. Wirawan Yasa. Pengaruh Corporate Social ...






Jadi persamaan yang dapat dibentuk adalah:


Tobin’s Q = 0,162CSRIj + 0,329KIN + e1

Pengaruh eror (Pei) = √1-R2

Pei = √1-0,150 = √0,850 = 0,923



KIN = 0,162CSRIj + e2

Pengaruh eror (Pei) = √1-R2

Pei = √1-0,026 = √0,974 = 0,987

Hasil dari koefisien determinasi total adalah sebagai berikut: R²m= 1 - (0,923)² (0,987)²

m = 0,1702

Arti dari hasil koefisien determinasi total sebesar 0,1702 adalah 17,02 persen variabel CSR dan kinerja keuangan mempengaruhi nilai perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar 81,88 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat di model dalam penelitian ini.

Nilai p_value melihat  sebuah model menghasilkan bentuk hubungan yang

valid dengan nilai p_value < 0,05. Nilai p_value masing-masing adalah b1 sebesar

0,000 < 0,05. Nilai p_value  b2 sebesar 0,000 < 0,05 sedangkan b3 sebesar 0,028 <

0,05. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa semua nilai p_value < 0,05 yang berarti bahwa semua jalur yang ada pada model signifikan.










401

ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013): 388-405





Uji hipotesis


Dari hasil analisis yang dilakukan bahwa nilai koefisien dari hubungan antara CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan adalah 0,162. Hubungan antara kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan adalah 0,329. Sedangkan hubungan antara CSR terhadap nilai perusahaan adalah 0,158. Jadi dapat kita lihat bahwa kinerja keuangan perusahaan tidak mampu memediasi hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan. Ini disebabkan pengaruh langsung CSR terhadap nilai perusahaan yaitu 0,158 lebih besar daripada pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan yang dimediasi oleh kinerja keuangan perusahaan yaitu 0,053 (0,162 x 0,329). Dengan kata lain hipotesis dari penelitian ini ditolak.

Pembahasan Penelitian


Tidak mampunya kinerja perusahaan memediasi pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dikarenakan oleh variabel kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA masih kurang jelas untuk menggambarkan adanya mediasi antara CSR dengan nilai perusahaan. Cahyani (2012) mengungkapkan manajemen berorientasi terhadap laba yang dihasilkan. Hal ini berarti manajemen mempunyai persepsi bahwa laporan laba rugi mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Jadi dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang dicerminkan melalui proksi ROA merupakan proksi variabel kinerja keuangan perusahaan yang mengindikasikan adanya praktek manajemen laba. Laba yang dicerminkan dari perhitungan rasio ROA belum mampu mencerminkan laba perusahaan yang sebenarnya. Adanya faktor lain yang masih diperhitungkan


402

I Nym. Swastika Yoga S. dan G. Wirawan Yasa. Pengaruh Corporate Social ...






dalam kinerja keuangan perusahaan mengenai pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan. Faktor tersebut adalah arus kas bersih perusahaan dimana arus kas bersih yang dihasilkan suatu perusahaan mencakup segala pendapatan dan pengeluaran yang sifatnya tunai.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengujian statistik serta pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka diperoleh kesimpulan bahwa hipotesis dari penelitian ini tidak berhasil terjawab atau ditolak. Hal ini berarti bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA tidak mampu memediasi hubungan antara corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan. Tidak mampunya kinerja keuangan memediasi hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan disebabkan karena proksi ROA belum mampu menggambarkan laba perusahaan yang sebenarnya. Adanya faktor lain yaitu arus kas bersih perusahaan yang diperhitungkan dalam kinerja keuangan perusahaan menyebabkan ROA tidak mampu memediasi hubungan CSR terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan simpulan yang diperoleh, peneliti menyarankan bagi penulis selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama untuk menggunakan proksi lain pada variabel yang telah digunakan yaitu kinerja keuangan perusahaan. Proksi yang mungkin digunakan untuk menentukan kinerja keuangan adalah proksi yang berkaitan dengan arus kas suatu perusahaan karena kinerja keuangan suatu perusahaan tidak dapat dinilai hanya dengan melihat laba dalam laporan keuangan namun juga perlu didukung dengan laporan arus kas perusahaan.




403

ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013): 388-405





REFERENSI

Arifin, Bustanul; Yeni Januarsi dan Faoziah Ulfah. 2012. Perbedaan Kecenderungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Pengujian Terhadap Manipulasi Akrual dan Manipulasi Real. Simposium Nasional Akuntansi XV, 2012.

Aryani, Dwinita. 2012. Kajian Kinerja Keuangan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Good Corporate Governace dan Nilai Perusahaan. Seminar Nasional dan Call for Papers Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank, Semarang, 2012.

Cahyani, Dwi Nuvita. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2010. JURAKSI, 1(2).

Deegan, C. 2000. Financial Accounting Theory. NSW: McGraw-Hill Australia.

El Muhammady, Faddly Akbar. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Universitas Gunadarma.

Febrina dan I.G.N. Agung Suaryana. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV, Aceh, 2011.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harjoto, Maretno A. and Hoje Jo. 2011. Corporate Governance and Firm Value: The Impact of Corporate Social Responsibility. Journal of Business Ethics, 2011.

Indrawan, Danu Candra. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi S1 Akuntansi Universitas Diponogoro, Semarang, 2011.

Nurlela, Rika dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI). Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 2008.





404

I Nym. Swastika Yoga S. dan G. Wirawan Yasa. Pengaruh Corporate Social ...






Pambudi, Teguh S. 2005. Perjalanan Si Konsep Seksi. Majalah Swasembada, Senin 19 Desember 2005.

Putra, Fahreza. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Penerapannya Di Indonesia. http://rapidlibrary.com/files/jurnal-csr-dan-penerapannya-di-indonesia-pdf_ulcqtyweyxiyon.html. Diakses pada tanggal 3 November 2012.

Rustiarini, Ni Wayan. 2010. Pengaruh Corporate Governace Pada Hubungan Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 2010.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September 2005.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suyana Utama, Made. 2008. Aplikasi Analisis Kualitatif. Sutra Utama.


Wijayanti, Feb Tri; Sutaryo dan Muhammad Agung Prabowo. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan.

Simposium Nasional Akuntansi XIV, Aceh, 2011.

Yuniasih, Ni Wayan dan Made Gede Wirakusuma. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. 4(1).

























405


JURNAL KETIGA

JESP Vol. 1, No. 1, 2009







Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat



Andi Mapisangka


__________________________________________________________________________________________

Abstract

Corporate Social Responsibility (CSR) is the firm commitment to the environment in achieving social live welfare. This research aims to analyze the effect of CSR of PT. Batamindo Investment Cakrawala to social live welfare. The indicators of CSR are corporate social responsibility goal, corporate social issues, and corporate relation program. The indicators of welfare live are progress on health, education, and economic activity. Based on ordinary least square, this research concludes: corporate social responsibility goal, corporate social issue, and corporate relation program PT. BIC have a positive effect on social live welfare at Batamindo Industrial Area.

Based on the findings, the policy of corporate social responsibility by PT. Batamindo Investment Cakrawala should be focused on local social values. This approach is very important in order the CSR program by firm can effectively and efficiently functioning. Besides that, the CSR program must involve all people in company environment, so they will take advantage form the CSR program.

Keywords : corporate social responsibility goal, corporate social issue, corporate relation program, ordinary least square, social live welfare

__________________________________________________________________________________________


Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah kesepakatan dari World Summit on Sustainable Development (WS-SD) di Johannesburg Afrika Selatan 2002 yang ditujukan untuk mendorong seluruh perusahaan di dunia dalam rangka tercip-tanya suatu pembangunan yang berke-lanjutan (sustainable development). Peran-an CSR dapat dipandang sebagai upaya untuk mewujudkan good corporate govern-ance, good corporate citizenship dan good business ethics dari sebuah entitas bisnis. Sehingga perusahaan tidak cukup hanya memikirkan kepentingan shareholder (pe-milik modal), tetapi juga mempunyai orien-tasi untuk memenuhi kepentingan seluruh stakeholders (Lihat, misalnya: Amba-Rao, 1993; Anderson, Jr., 1989; Kim, 2000; dan Raynard & Forstater, 2002).

Tanggung jawab sosial perusahaan secara yuridis telah dinyatakan sebagaima-na dalam Undang-undang No. 40 Tahun

__________________________________________

Alamat korespondensi:

Andi Mapisangka. Manajer Liaison Division
PT. Batamindo Investment Cakrawala E-mail: andimapisangka@batamindo.co.id


2007, tentang Perseroan Terbatas, Bab V, Pasal 74. Dalam pasal tersebut dijelaskan tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaan atas eksistensinya dalam kegiat-an bisnis. Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius memperhatikan CSR.

Untuk melindungi perusahaan dari ber-bagai risiko tuntutan hukum, kehilangan partner bisnis maupun risiko terhadap citra perusahaan (brand risk) tidak cukup hanya taat kepada peraturan perundang-undangan. Tekanan secara nasional dan internasional sedang dan terus akan berlanjut untuk mempengaruhi perilaku bisnis korporasi. Tekanan ini datang antara lain dari para pemegang saham, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), partner bisnis (terutama dari negara yang komunitas bisnisnya peka terhadap CSR) dan advokat yang memper-juangkan kepentingan publik (public inter-

JESP Vol. 1, No. 1, 2009

est lawyers).(Lihat Aupplerle, 1990; Baron, 1996; dan Drucker, 1984). Dalam hal ini CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pe-ngembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap as-pek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Un-tung, 2008:1).

Secara implementatif, perkembangan CSR di Indonesia masih membutuhkan banyak perhatian bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat luas dan perusa-haan. Di antara ribuan perusahaan yang ada, diindikasikan belum semua perusahaan benar-benar menerapkan konsep CSR da-lam kegiatan perusahaannya. CSR masih merupakan bagian lain dari manejemen perusahaan, sehingga keberadaannya diang-gap tidak memberikan kontribusi positif terhadap kelangsungan perusahaan. Padahal sesuai dengan UU yang ada, keberadaan CSR melekat secara inherent dengan ma-najemen perusahaan, sehingga bidang ke-giatan dalam CSR pun masih dalam kontrol manejemen perusahaan (Freemand, 1984). Lebih jauh lagi dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat di sekitar peru-sahaan pada dasarnya merupakan fihak yang perlu mendapatkan apresiasi. Apre-siasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kegiatan CSR peru-sahaan. Hal ini karena perusahaan dan ma-syarakat pada dasarnya merupakan kesatu-an elemen yang dapat menjaga keberlang-sungan perusahaan itu sendiri.

Hal tersebut tentunya sangat jauh dari harapan dan tujuan ideal dari peranan CSR perusahaan dalam kehidupan sosial kema-syarakatan. Menurut Kim (2000) praktek CSR perusahaan dapat diidentifikaskan da-lam berbagai tujuan, yakni hukum, eko-nomi, moral, dan filantropi. Namun demi-kian, tujuan tersebut masih dapat dikem-bangkan sesuai dengan kondisi aktual di masyarakat terkait dengan tekanan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Salah


40



satu tujuan CSR yang sangat urgen khu-susnya di negara sedang berkembang adalah peningkatan kualitas pendidikan ma-syarakat. Oleh karena itu penerapan CSR di Indonesia pada dasarnya dapat diarahkan pada penguatan ekonomi rakyat yang ber-basis usaha kecil dan menengah serta peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui perbaikan sarana dan prasarana pendidikan.
PT. Batamindo Investement Cakrawala (PT. BIC) merupakan salah satu perusahaan Penanaman Modal Asing yang berlokasi di Batam, Indonesia bergerak di bidang penye-diaan dan pelayanan kawasan industri secara internasional. Sejak diresmikan pada tanggal 28 Februari 1990, kini PT. BIC telah mampu menghadirkan puluhan peru-sahaan asing (seperti Jepang, Eropa, USA, Korea, Taiwan, dan Singapura) beroperasi di Indonesia. Jenis industri yang ada umum-nya adalah komponen ICT, peralatan pre-sisi, pengepakan, farmasi, pencetakan plas-tik dengan berbagai jenis produk. Keber-adaan industri-industri tersebut telah mam-pu menyerap lapangan kerja domestik ku-rang lebih 200 ribu tenaga kerja. Sedang-kan manajemen PT. BIC sendiri memiliki tenaga kerja sekitar 500 orang.

Sadar akan tugas dan tanggung jawab sosial seperti yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang, PT. BIC secara kontinyu dan terprogram telah menerapkan konsep CSR dalam implementasi manajemen usa-hanya. Secara garis besar, strategi pelak-sanaan CSR PT. BIC mencakup beberapa wilayah yang ada di sekitar perusahaan. Cakupan wilayah ini dibagi ke dalam 3 ring (zona), yakni ring I meliputi daerah-daerah di sekitar perusahaan, ring II merliputi daerah-daerah di luar ring I, dan ring III meliputi daerah-daerah di luar ring I dan ring II. Strategi pengembangan berdasarkan wilayah ini juga ditunjang oleh berbagai jenis kegiatan yang sesuai dengan karak-teristik kegiatan masing-masing daerah, seperti layanan publik di bidang kesehatan, keagamaan dan pendidikan.
Namun demikian disadari bahwa dina-mika perkembangan lingkungan perusahaan


berjalan sedemikan cepat, sehingga mem-butuhkan berbagai inovasi dan kreasi kegi-atan CSR yang mampu dirasakan secara optimal oleh masyarakat. Dinamika ling-kungan perusahaan tersebut seperti adanya tuntutan otonomi daerah, sehingga harap-an/cita-cita kesejahteraan masyarakat men-jadi semakin tinggi. Padahal kemampuan pemerintah daerah masih dibatasi oleh keterbatasan anggaran daerah untuk pemba-ngunan secara menyeluruh. Di sinilah peran CSR perusahaan, khususnya PT. BIC, untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial di luar kegiatan pokok perusahaan, agar ke-pentingan masyarakat luas dapat terpenuhi semaksimal mungkin, sehingga kesejah-teraan hidup mereka dapat mengalami kenaikan. Salah satu elemen penting dalam kesejahteraan hidup tersebut adalah adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan. Dalam hal ini peran mana-jemen sangat penting dalam upaya untuk memformulasikan berbagai program dan kegiatan dalam CSR PT. BIC, sehingga terjadi hubungan simbiosis mutualisme an-tara perusahaan dan masyarakat luas. Pada akhirnya berbagai program kegiatan dalam kegiatan CSR PT. BIC diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan sebuah kajian tentang dampak implemen-tasi program CSR terhadap kesejahteraan hidup masyarakat.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif dan analitik dengan pen-dekatan cross sectional. Penggunaan desain ini bertujuan untuk menggambarkan penga-ruh di antara berbagai variabel corporate social responsibility goal, corporate social issues, dan corporate relation program terhadap kesejahteraan masyarakat. Pende-katan cross sectional digunakan karena pengumpulan data dari kedua variabel dikumpulkan dan diukur dalam waktu yang bersamaan saat penelitian dilakukan. Ber-dasarkan karakteristik dalam rumusan ma-salah yang ada, maka penelitin ini meru-pakan penelitian eksplanatori, yakni jenis

JESP Vol. 1, No. 1, 2009

penelitian yang mencoba menjelaskan hu-bungan antar variabel. Dalam pembahas-annya metode penelitian yang akan digu-nakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analitik. Metode ini dilakukan dengan cara melakukan deskripsi terhadap fenome-na yang ada dan kemudian melakukan analisis guna menjelaskan fenomena yang terjadi yang didalamnya terdapat suatu hubungan antar variabel.

Penelitian ini akan dilaksanakan di lingkungan kawasan industri PT. BIC, Batam, Kepulauan Riau. Periode observasi dilakukan terhadap obyek penelitian selama 2 bulan, yakni dari Februari 2009 - Maret 2009. Hal ini dilandasi oleh pertimbangan untuk mendapatkan informasi yang valid terkait dengan implementasi program CSR PT. BIC di Batam. Metode Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling artinya diten-tukan dengan mempertimbangkan tujuan penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan terlebih dahulu. Agar sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat mewakili populasi, maka dapat ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan meng-gunakan rumus Slovin (dalam Umar, 1999). Berdasarkan rumus diatas dan persen ke-longgaran ketidaktelitian 5%, artinya ting-kat keyakinan bahwa sampel mewakili po-pulasi adalah 95%, maka besar sampel pe-nelitian yang dibutuhkan adalah responden. Dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh besarnya sampel penelitian yakni sebesar 222 orang.

Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis adanya pengaruh variabel independen terha-dap variabel dependen. Dalam penelitian ini model estimasi terhadap pengaruh variabel CSR terhadap kesejahteraan masyarakat dapat dituliskan dengan persamaan regresi linier berganda berikut:

Yt = a + b1X1t + b2X2t + b3X3t + et

Dimana:

Y = variabel kesejahteraan hidup masyarakat
a = besarnya intersep atau konstanta


41

JESP Vol. 1, No. 1, 2009

X1 = variabel corporate social responsibility goal
X2 = variabel corporate social issues

X3 = variabel corporate relation program b1–b3 = besarnya koefisien dari variabel X1,
X2 dan X3

e = standar error atau kesalahan pengganggu

Selain itu, dari analisis regresi linier berganda ini juga diperoleh koefisien re-gresi (b) yang menunjukkan arah hubungan dari variabel independen tersebut dengan variabel dependen. Untuk menguji secara simultan apakah hubungan antara variabel-variabel X di atas dengan variabel Y sig-nifikan atau tidak maka dilakukan pengu-jian melalui Uji-F, α = 5%, dengan rumus sebagai berikut:
F =
R 2
/k

(1R 2 )/(n k 1)



Dimana:
F = pendekatan distribusi probabilitas k = banyaknya variabel independent R2 = koefisien determinasi

n = ukuran sampel

Nilai Fhitung  selanjutnya dibandingkan

dengan nilai Ftabel pada α = 0,05. Bila Fhitung Ftabel, maka H0 diterima, artinya garis regresi tersebut tidak dapat digunakan

sebagai penduga, karena nilai Y belum terbukti tergantung kepada nilai-nilai X1,

X2, dan X3. Bila Fhitung Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti paling

sedikit ada satu variabel independen yang mempengaruhi nilai dependen Y. Sedang-kan untuk menguji koefisien regresi secara parsial antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen maka digunakan uji t. Untuk menguji hipotesis utama maka dilakukan perbandingan antara

thitung dengan t tabel pada α = 0,05. Bila thitung ttabel maka H0 ditolak dan H1










42



diterima. Sebaliknya bila thitung <= ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Penggunaan
analisis regresi berganda dimaksudkan un-tuk memperoleh nilai prediksi yang tidak bias. Sehingga analisis tersebut harus me-menuhi asumsi-asumsi klasik yang menda-sari model regresi, meliputi: asumsi nor-malitas, analisis multikolinieritas analisis heteroskedastisitas uji dan asumsi autoko-relasi (Gujarati, 1999: 173; Ghozali, 2001: 75).

Hasil analisis dan pembahasan

Implementasi program CSR diarahkan pada tercapainya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Sejak awal berdiri, ko-mitmen PT. BIC Batam dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan hubungan dengan masyarakat sangat kuat. Hal ini dibuktikan dengan serangkaian kegiatan sosial kemasyarakatan yang dicanangkan perusahaan mendapatkan apresiasi yang positif dari masyarakat. Berdasarkan ana-lisis statistik yang dilakukan dapat dike-tahui seberapa besar pengaruh CSR PT. BIC dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil analisis statistik tersebut dapat dituliskan pada persamaan berikut:

Y = 0,112 + 0,280X1 + 0,179X2 + 0,499 X3 (3,86) (2,07) (5,99)

Keterangan:
Angka dalam kurung merupakan nilai t hitung

Berdasarkan pada hasil estimasi tersebut pengaruh CSR terhadap kesejahteraan hi-dup masyarakat dapat dijelaskan oleh besar-nya koefisien dari masing-masing variabel X1, X2 dan X3. Secara lebih lengkap makna dari besarnya koefisien masing-masing variabel tersebut dapat dijelaskan dalam Tabel 1 berikut.


JESP Vol. 1, No. 1, 2009


Tabel
1.

Koefisien Estimasi Regresi Linier Berganda





Variabel
Koefisien
Makna





Konstanta
0,112
Apabila dianggap tidak ada kegiatan CSR perusahaan,

maka kesejahteraan masyarakat sebesar 0,112










Apabila terjadi kenaikan dalam variabel CSR goal

Corporate Social Responsibility Goal (X1)
0,280
sebesar 1 persen dan variabel lain dianggap konstan,

maka kesejahteraan hidup masyarakat akan meningkat






secara rata-rata sebesar 0,280 persen



Apabila terjadi kenaikan dalam variabel corporate

Corporate Social Issue (X2)
0,179
social  issue  sebesar  1  persen  dan  variabel  lain

dianggap   konstan,   maka   kesejahteraan   hidup



masyarakat akan meningkat secara rata-rata sebesar



0,179 persen



Apabila terjadi kenaikan dalam variabel corporate


0,499
relation program sebesar 1 persen dan variabel lain

Corporate Relation Program (X3)
dianggap   konstan,   maka   kesejahteraan   hidup


masyarakat akan meningkat secara rata-rata sebesar






0,499 persen



Berdasarkan pada Tabel 1 di atas dapat dijelaskan bahwa secara umum semua variabel bebas dalam penelitian ini seperti variabel Corporate Social Responsibility Goal (X1), Corporate Social Issue (X2 ) dan variabel Corporate Relation Program (X3) berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup masyarakat. Namun demikian diantara se-mua variabel bebas yang ada, hanya vari-abel Corporate Relation Program (X3) yang memiliki pengaruh terbesar terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masya-rakat di sekitar lingkungan perusahaan PT. BIC Batam yakni dengan koefisien penga-ruh sebesar 0,499.

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji secara statistik dari hipotesis utama yang diajukan dalam penelitian ini. Uji dapat dilakukan baik secara parsial maupun seca-ra simultan. Uji hipotesis secara parsial di-lakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Sedangkan uji hipotesis secara simultan dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh signifikan secara bersa-ma-sama dari variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Secara lebih lengkap hasil uji hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.


Tabel 2.

Koefisien Estimasi Regresi Linier Berganda

Uji Hipotesis

Nilai t/F hitung
P value







Uji t







Corporate Social




Responsibility Goal

3,86
0,000

(X1)




Corporate Social Issue

2,07
0,039

(X2)






Corporate Relation

5,99
0,000

Program (X3)






Uji F

70,101
0,000







Berdasarkan pada Tabel 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa secara statistik, semua hasil uji hipotesis (uji t/uji F) menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini secara sederhana dapat dilihat dari besarnya nilai P value yang dihasilkan dari olah data dengan menggunakan program SPSS for Window. Tingkat signifikansi untuk uji t menun-jukkan bahwa variabel corporate social responsibility goal (X1) dan variabel corporate relation program (X3 ) memiliki tingkat signifikansi sebesar 99% (alfa 1%). Hal ini terjadi karena nilai p value hasil perhitungan pada tabel di atas lebih kecil dari tingkat alfanya (nilai p value < 1%).

Sedangkan untuk variabel corporate social issue (X3 ) memiliki tingkat signifikansi 95% (α = 5%), sehingga variabel ini signi-

43

JESP Vol. 1, No. 1, 2009

fikan pada level 5% (nilai p value < 5%). Untuk variabel F hitung tingkat signi-fikansi sebesar 99% (α = 1%), sehingga variabel ini signifikan pada leve 1% ( nilai p value < 1%). Sebagai hasil akhir dari uji hipotesis ini dapat disimpulkan bahwa se-cara parsial, masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap kesejahteraan hidup ma-syarakat dan secara simultan semua varia-bel bebas memiliki pengaruh signifikan pula terhadap kesejahteraan hidup masya-rakat Batam.

Pengaruh Corporate Social Responsibility Goal Terhadap Kesejahteraan Hidup

Berdasarkan pada temuan penelitian di atas dapat dijelaskan lagi bahwa program CSR perusahaan ditujukan untuk mening-katkan peran perusahaan dalam komunitas sosial masyarakat. Hal ini penting, karena secara sebuah entitas bisnis keberadaan sebuah korporat tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dan suport dari masyarakat. Secara ekonomi, filosofi profit maximizing perusahaan tidak akan tercapai manakala produk yang dijual di pasar tidak laku. Dalam hal ini peran konsumen seba-gai bagian dari komunitas masyarakat sangat penting dalam menunjang keber-langsungan perusahaan. Pada sisi lain juga dapat dijelaskan bahwa, keberadaan perusa-haan di suatu lingkungan masyarakat akan terasa nyaman dan tenang dalam kegiatan operasionalnya manakala masyarakat seki-tar perusahaan bersifat kooperatif dengan perusahaan. Oleh karena itulah peranan CSR perusahaan sangat penting manakala perusahaan masih tetap ingin menjalankan fungsi bisnisnya.

Menurut Susanto (2007: 26) perusahaan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial-nya, perusahaan memfokuskan perhatian-nya kepada tiga hal yakni profit, lingkungan dan masyarakat. Dalam kaitannya dengan fungsi CSR korporat, ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan aktifitas peru-sahaan yang dapat dilakukan secara simul-tan sesuai dengan kondisi sosio-kemasya-rakatan yang berkembang. Dengan menja-


44



lankan tanggung jawab sosialnya perusa-haan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungannya saja, akan tetapi juga dapat memberikan kontribusinya yang arif dan bijaksana dalam peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitar perusahaan.
Implementasi program-program CSR PT. BIC dilakukan sedemikian rupa secara sistematis, terstruktur dan periodik. Kegi-atan yang dilakukan senantiasa mengede-pankan persoalan-persoalan vital yang dihadapi masyarakat dalam peningkatan kesejahteraannya, seperti bidang agama, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Ber-bagai kegiatan tersebut dapat dilaksanakan manakala perusahaan telah memiliki visi, misi, strategi kebijakan dan program yang jelas dan terarah dalam pelaksanaannya. Seperti telah diuraian di atas visi CSR PT. BIC adalah mampu mewujukan PT. BIC sebagai perusahaan yang beroperasi secara excellent bertumpu kepada harmoni antara kepentingan bisnis, peningkatan kualitas sosial serta kelestarian lingkungan (triple bottom line). Tujuan ini dapat dicapai melalui berbagai upaya/langkah yang tersaji dalam rumusan misi CSR perusahaan, yakni: dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan entitas sosial-budaya, dapat meningkatkan kapasitas sosial yang sangat dibutuhkan bagi terbentuknya ke-mandirian masyarakat dan mengembangkan sumber daya alam dan lingkungan.

Berdasarkan pada hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini mem-berikan kesimpulan bahwa corporate social responsibility goal PT.BIC dapat membe-rikan pengaruh terhadap peningkatan kese-jahteraan hidup masyarakat Batam. Hal ini terjadi karena secara konseptual program-program CSR perusahaan sudah diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan sosial seperti terungkap pada rumujsan visi dan misi per-usahaan. Berdasarkan tujuan-tujuan CSR tersebut, implementasi kegiatan-kegiatan CSR perusahaan senantiasa akan mengikuti arah dari kepentingan perusahaan di tengah-tengah komunitas lingkungan hidup masya-rakat. Tujuan- tujuan CSR tersebut seperti tujuan dalam kerangka tanggung jawab


pendidikan, ekonomi, moral, filantropi (kedermawanan) dan tujuan dalam tang-gung jawab hukum.

Pengaruh Corporate Social Issue

Terhadap Kesejahteraan Hidup

Isu-isu sosial akan terus berkembang seiring dengan dinamika yang terjadi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Isu-isu sosial tersebut berkembang sebagai wujud dari adanya perubahan dalam cara pandang hidup masyarakat yang harus segera dires-pon oleh perusahaan. Ekses dari ketidak-mampuan perusahaan dalam menangkap isu sosial yang berkembang di masyarakat akan berdampak pada gesekan/bentrokan yang terjadi di tengah-tengah komunitas kehi-dupan sosial masyarakat. Apalagi dalam suasana krisis ekonomi dunia yang sedang terjadi, persoalan-persoalan perburuhan, komunikasi pemerintah dan perusahaan, bahkan hubungan pekerja di dalam perusa-haan sendiri akan dapat terganggu dari mencuatnya isu sosial dalam masyarakat.

Dalam hal ini menurut Giddens (dalam Budimanta et al., 2008: 14) dampak dari global-isasi yang terjadi dewasa ini, tidak hanya mempunyai dimensi ekonomi saja akan tetapi juga mempunyai dimensi politik, teknologi dan budaya. Pemikiran tersebut juga akan mempengaruhi cara berfikir kalangan usahawan dalam meman-dang strategi usahanya. Korporat tidak lagi dipandang sebagai bagian luar dari masya-rakat tetapi perusahaan sudah menjadi bagi-an dari masyarakat itu sendiri. Dari sinilah sebenarnya letak korporat dalam komunitas masyarakat yang heterogen.
Berdasarkan pada temuan dalam pene-litian ini menunjukkan bahwa corporate social issue PT. BIC telah mampu me-ningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Hal ini terjadi karena dalam penyusunan program CSR-nya, PT. BIC senantiasa memperhatikan isu-isu sosial yang hangat berkembang di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan jelas kebijakan umum perusahaan dalam menempatkan CSR per-usahaan sebagai instrumen investasi sosial perusahaan guna tercipta lingkungan bisnis

JESP Vol. 1, No. 1, 2009

yang harmonis diantara kepentingan para stakeholdernya, yaitu pengusaha berikut karyawannya, komunitas masyarakat dan lingkungan hidup sekitarnya. Oleh karena itu prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan CSR adalah kepatuhan terhadap semua peraturan dan persyaratan (compliance re-sponsibilities) bagi terselenggaranya ke-giatan usaha baik persyaratan mutu, perlin-dungan lingkungan hidup, ketenagakerja-an, imigrasi dan kepabeanan serta kea-manan dan ketertiban masyarakat atau kam-tibmas. Kedua, adalah prinsip pengem-bangan sosial kemasyarakatan baik bersifat penyiapan infrastruktur sarana dan prasa-rana, maupun dukungan kegiatan dan ke-lembagaan. Ketiga adalah keberlanjutan dari setiap program baik sosial maupun ekonomi (sustainable empowerment) sehi-ngga tumbuh modal sosial yang kuat me-nuju masyarakat mandiri.

Dengan berpedoman pada berbagai kebijakan dan prinsip dalam pengembangan CSR tersebut, PT. BIC Batam dapat mem-posisikan dirinya sebagai sebuah korporat yang peduli terhadap kondisi ling-kungan sosialnya. Hal ini juga ditunjukkan oleh sikap/persepsi masyarakat yang cenderung memberikan apresiasi positif (setuju) terhadap upaya perusahaan dalam penyu-sunan program CSR perusahaan.

Pengaruh Corporate Relation Program

Terhadap Kesejahteraan Hidup

Implementasi pogram CSR merupakan realisasi dan aktualisasi dari upaya perusa-haan untuk terus dekat dengan masyarakat. Menurut Budimanta et al. (2008: 24) CSR pada dasarnya merupakan suatu elemen yang penting dalam kerangka sustainability yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya yang merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya dan keuntungan kegiatan bisnis dengan stake-holders baik secara internal (pekerja, shareholders dan penanam modal), mau-puan eksternal (kelembagaan, pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, ke-lompok masyarakat sipil dan perusahaan lain).


45

JESP Vol. 1, No. 1, 2009

Berdasarkan pada hasil penelitian ini memberikan hasil bahwa corporate relation program PT. BIC dapat memberikan pe-ngaruh terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan karena strategi dalam implementasi CSR perusahaan merupakan respon atas kebu-tuhan riil masyarakat atas pemenuhan ke-butuhan hidupnya. Seperti telah diuraikan di atas strategi pelaksanaan CSR perusaha-an didasarkan pada pengaturan ring yang ada dari ring I hingga ring III. Masing-ma-sing ring memiliki karakteristik persoalan yang berbeda-beda sehingga jenis dan ma-cam kegiatannya juga berbeda-beda. (Lihat lebih lanjut dalam Zadek, Pruzon, & Evans, 1997).

Dalam hal ini menurut Untung (2008: 35) kontribusi CSR dalam pembangunan ekonomi masyarakat adalah dengan meli-batkan seluruh komponen masyarakat dalam kegiatan CSR perusahaan. Kemiskin-an sudah menjadi musuh bersama yang harus ditanggulangi oleh semua fihak. Untuk melasakanakan hal tersebut paling tidak terdapat 4 pilar utama yang harus diperhatikan, yaitu: pertama, format CSR yang sesuai dengan nilai lokal masyarakat; kedua, kemampuan diri perusahaan terkait dengan kapasitas SDM dan institusi, dan ketiga adalah peraturan dan kode etik dalam dunia usaha. Berdasarkan pada integrasi ketiga pilar tersebut, masyarakat akan dapat dibangun kemampuan dan kekuatannya dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam pencapaian kese-jahteraan hidup yang lebih baik.

Berdasarkan sudut pandang yang ada menunjukkan bahwa apa yang telah dila-kukan oleh PT. BIC telah menggambarkan keberhasilan dalam pelaksanaan CSR peru-sahaan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator program-program kegiatan yang telah dapat dilaksanakan secara periode dan kontinyu. Santunan kepada fakir miskin dan pembinaan sosial kemasyarakatan dalam rangka menjaga ketertiban masyarakat me-rupakan contoh dari beberapa program CSR perusahaan yang dapat dirasakan secara positif oleh masyarakat.


46



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut.

1.    Penerapan program-program CSR PT. BIC tersebar pada berbagai aktivitas uta-ma seperti: pendidikan, kesehatan, ke-miskinan, sosial, agama, infrastruktur, dan lingkungan hidup.

2.    Variabel-variabel seperti corporate so-cial responsibility goal, corporate social issue dan corporate relation program secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahtera-an hidup masyarakat.

3.    Diantara variabel-variabel tersebut, vari-abel corporate relation program memi-liki pengaruh yang paling besar dalam mempengaruhi peningkatan kesejahte-raan hidup masyarakat di lingkungan kawasan industri Batamindo, Batam.

Saran

Berdasarkan pada temuan penelitian seperti diungkapkan pada kesimpulan di atas, saran dan rekomendasi bagi kebijakan antara lain:

1.    Diperlukan strategi kebijakan CSR PT. BIC yang lebih memperhatikan nilai lokal masyarakat. Pendekatan ini dila-kukan agar efektifitas dan efisiensi kegiatan dapat dicapai, karena program-program yang disusun benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat (bottom up) dan bukan menurut persepsi perusahaan saja.

2.    Perlunya keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dan diperluas cakupannya sehingga pihak-pihak yang belum pernah mendapatkan program CSR perusahaan dapat merasakan pula aktivitas CSR perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat database yang valid terkait dengan obyek penerima program


CSR perusahaan dan manfaat yang dirasakannya.

3.    Perusahaan dapat melaksanakan program CSR dengan melihat kepentingan jangka panjang perusahaan dalam kepentingan bisnisnya dan program-program yang ada tidak hanya bersifat charity saja. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian bantuan usaha bagi masyarakat dalam pengembangan UMKM nya sehingga hasil dari produk tersebut dapat berman-faat kembali bagi kepentingan industri perusahaan. Upaya lain seperti pembe-rian bantuan studi ke beberapa penduduk asli yang potensial untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sehingga nanti dapat direkrut dalam pemenuhan kebu-tuhan SDM perusahaan (mirip dengan CSR di Jepang, Wokutch, 1990).

4.    Menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah dan seluruh jajarannya perlu terus dilakukan untuk menjaga harmonisasi komunikasi, sehingga keberlanjutan dan keberlangsungan program-program CSR perusahaan dapat dipertahankan, Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk fo-rum tripartit yang terdiri dari unsur pemerintah, unsur perusahaan dan unsur masyarakat dalam penyusunan program dan pengembangan CSR perusahaan yang berorientasi pada peningkatan ke-sejahteraan hidup masyarakat di ling-kungan perusahaan pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

DAFTAR RUJUKAN

Albert, M. & Hahnel, R. 2005. Traditional Welfare Theory, <www.zmag.org/books/1/html> (diakses: 2 -02 - 2009).

Amba-Rao, S.C. 1993. Multinational Corparate Social Responsibility, Ethics, Interactions, and Third World Government: An Agenda for the 1990s. Journal of Business Ethics, 12(7): 553-572.

Anderson, Jr., J.W. 1989. Corporate Social Responsibility: Guidlines for Top Management. New York: Quorum Books.

Aupplerle, K.E. 1990. An Empirical Measure of Corporate Social Orientation Studies in Theory and Measurement. Dalam L.E Preston (Ed.),

JESP Vol. 1, No. 1, 2009

Corporation and Society Research: Studies in Theory and Measurement. Greenwich, CT: JAI Press. Pp. 237-264.

Baron, D.P. 1996. Business and its Environment.

Upper Saddle River, NJ: Pearson Prenctice Hall.

Budimanta, A., Prasetijo, A. & Rudito, B. 2008.

Corporate Social Responsibility, Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Indonesian Centre for Sustainability Development (ICSD).

Drucker, P.F. 1984. The New Meaning of Corporate Social Responsibility. California Management Review, 26(2): 53-63.

Freemand, R.E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Boston, MA: Pitman.

Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gujarati, D.N. 1999. Basic Econometrics 2nd edition. Singapore: McGraw-Hill.

Kim, K.S. 2000. Corporate Social Responsibility And Strategic Management : An Empirical Study of Korean MNCs in The United States. Unpublished Dissertation. West Heaven, Connecticut: The University Of Heaven.

Raynard, P. & Forstater, M. 2002.Corporate Social Responsibility : Implications for Small and Medium Enterprises in Developing Countries, Reports, United Nations Industrial Development Organization, Vienna

Santoso, K. 2007. Corporate Social Responsibility. Makalah disampaikan pada Wokshop Optimalisasi Program CSR yang Berkelanjutan dalam Rangka Meningkatkan Corporate Image dan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Perusahaan, 21-22 November. LPPM-IPB.

Susanto, A.B. 2007. Corporate Social Responsibility: A Strategic Management Approach . The Jakarta Consulting Group Partner in Change, Jakarta

Umar, H. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Untung, H.B. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.

Wokutch, R.E. 1990. Corporate Social Responsibil-ity Japanese Style. Academy of Management Executive, 4(2): 56-74.

Zadek, S., Pruzon, P. & Evans, R. 1997. Building Corporate Accountabilty. Emerging Practices in Social and Ethical Accounting, Auditing and Reporting. London: Earthscan Papers.

_______


47
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar